dengan kemacetan. Hampir semua jalan di Jakarta mengalami kemacetan
yang cukup membuat kita pusing, kesal, dan uring-uringan akibat kemacetan yang
terjadi. Sebenarnya sederhana saja, kemacetan itu disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan dan pertambahan jumlah
jalan. Selama ini pertambahan jumlah kendaraan meningkat dengan pesat sementara
pertambahan jalan bisa dikatakan tidak ada pertambahan yang signifikan. Pengamat kebijakan publik, Andrinof Chaniago memaparkan bahwa ada sembilan hal yang menjadi penyebab macet di ibu kota.
kebutuhan di kota besar. Menurut Andrinof, angkutan umum utama di Jakarta
harusnya berupa bus dan kereta yang bisa mengangkut penumpang dalam jumlah besar.
masih dilayani 16 ribu angkot. Jumlah angkot harus diciutkan drastis”.
orang atau terowongan penyeberangan orang. Sehingga orang kerap kali
menyeberang beramai-ramai saat arus lalu lintas sedang tinggi. Ini tentu
menghambat laju kendaraan.
Jakarta jumlahnya amat kecil. Akibatnya, orang menyebar ke daerah pinggir.
“Penyebaran rumah ke pinggir membuat orang lama dan banyak berada di
jalan,” ujar Andrinof.
banyaknya persimpangan jalan yang belum memiliki bangunan fly
over maupun underpass. Keenam, angka urbanisasi dan
pertumbuhan penduduk di pinggir Jakarta amat tinggi. Jumlahnya di atas 4,5% per tahun. Sementara, mayoritas dari mereka bekerja di Jakarta.
karena banyaknya titik bottleneck, seperti di pintu-pintu masuk
jalan tol. Sementara penyebab nomor delapan, yaitu karena kurangnya angkutan massal seperti bus dan
kereta. Penyebab terakhir, yaitu karena buruknya tata ruang dan kesalahan
pemberian ijin bangunan seperti mall
dan ruko. “Di luar sembilan penyebab tersebut, ada dua masalah fundamental
di masa lalu, yaitu kepemimpinan birokrasi dan tata kelola anggaran,” ujar
pengamat dari Universitas Indonesia itu. Banyak faktor lain selain faktor
(komponen) di atas yang dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas, misalnya;
penerapan yang keliru terhadap kebijakan dan undang-undang lalu lintas angkutan
jalan, keberadaan mall (pintu mall) di tepi jalan raya sehingga keluar
masuk kendaraan, orang dan angkutan umum yang ngetem akan mengganggu
kelancaran lalulintas, kurangnya jumlah
petugas pengatur lalu lintas, demonstrasi, kerusuhan, dan cuaca (hujan deras
dan banjir).
You may also like
-
How to Be a Great Public Speaker
-
Skill Penting yang Harus Dimiliki Oleh Mahasiswa untuk Mempersiapkan dan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja
-
PRESIDENT JOKOWI DISTRIBUTES Rp800 BILLION FOR LAMPUNG INFRASTRUCTURE IMPROVEMENT
-
Bahaya dari Kecerdasan Buatan ChatGPT Terhadap Lingkungan yang Belum Siap
-
Membangun Hidup Sederhana dengan Minimalism Lifestyle: Tren Baru di Kalangan Generasi Z