siapa sosok perempuan ini. Pahlawan nasional yang harum namanya sampai
sekarang. Kartini tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan memiliki kemauan kukuh
untuk memerdekakan kaumnya ditengah aturan tradisi yang begitu kuat
membelenggu.
dimana ia harus mengalami cercaan dan pertentangan dari keluarga besarnya
sendiri. Untung
saja, masih ada tokoh-tokoh yang besar peranannya dalam mendukung Kartini
supaya bisa mewujudkan mimpinya.
bersyukur karena sekarang, perempuan bebas
mengekspresikan keinginan serta cita-citanya. Kita bisa menikmati pendidikan
dan boleh menempati berbagai profesi, termasuk menjadi presiden. Roda zaman telah berputar
kearah perubahan, terus menerus.
masa kini pun berbeda dengan kaum kartini dulu. Apalagi, pengaruh globalisasi
yang kebarat-baratan itu semakin cepat mempengaruhi sikap dan pola pikir
perempuan di Negeri kita. Tidak heran kalau adat yang dulu memiliki banyak
peraturan bagi kaum perempuan serta membatasi ruang lingkup gerak gerik mereka,
perlahan mulai diabaikan. Ini semua karena kita sadar betul, sudah ada emansipasi.
dalam melakukan perjuangan membela kaum perempuan. Kalau dulu erat kaitannya
dengan pendidikan namun sekarang lebih kepada masalah moral dan perbedaan
persepsi mengenai emansipasi itu sendiri.
penindasan yang masih dialami perempuan yaitu pelecehan seksual. Perempuan
masih dijadikan sasaran bagi kaum laki-laki. Perempuan masih dianggap lemah dan
disepelekan karena bentuk fisiknya. Perempuan masih harus menerima profesi yang
dianggap itu hanya perempuan yang pantas melakukannya, seperti pembantu rumah
tangga.
membingungkan lagi, masih banyak perempuan pula yang menjatuhkan protes pada
kaum laki-laki jika mereka dinobatkan sebagai kepala rumah tangga ataupun
mengerjakan pekerjaan kaum lelaki.
kesetaraan gender atau emansipasi
di Indonesia masihlah belum terlaksana
secara sempurna. Masalah terkait
perempuan tidak berhenti dalam lingkup itu saja, masih banyak hal-hal yang di
sebut sebagai penindasan bagi kaum kita.
dan melihat buku-buku terkait kaum kita di Jurnal Perempuan. Jurnal ini ada
untuk memperjuangkan hak kaum perempuan dan membela mereka yang tertindas karena
ketidakadilan yang terjadi seperti pelecehan seksual, pemerkosaan, kekerasan
dalam rumah tangga, tenaga kerja Indonesia kaum perempuan, poligami dan masih
banyak macamnya.
masih ada kepedulian dan perjuangan untuk menguak segala bentuk yang dianggap
sebagai ketidakadilan terhadap perempuan.
Apa kalian mengenal Ayu utami, Sri mulyani, Jenar Mas Ayu dan tentunya pendiri Jurnal Perempuan itu sendiri, Gadis Arifia. Inilah mereka, sosok
kartini masa kini. Mereka berusaha merubah pandangan kalau perempuan tidak lagi
menjadi objek, tetapi kita yang sekarang bisa jadi subjek.
sosok yang mandiri, memiliki prinsip yang teguh dan tidak lemah. Perempuan bisa
menjaga dirinya, memilih jalan hidupnya dan menggapai cita-cita setinggi
mungkin. Namun, tidakkah lebih baik, kalau kita bisa lebih memperhatikan
masalah emansipasi atau kesetaraan gender itu sendiri? masalah lapuk yang semakin
gurih jika didiskusikan.
perlu tahu, apa sebenarnya emansipasi dan apa batasan emansipasi yang bisa
dikatakan sebagai penindasan terhadap kaum perempuan? bagaimana emansipasi yang
baik diterapkan agar sesuai dengan landasan-landasan lain yang memang kita
pakai dalam kebudayaan Indonesia ini.
masalah yang dituduh sebagai masalah bisa kita tetapkan dan bersama-sama kita
perjuangkan. Bukankah lebih baik jika pandangan kita menjadi satu persepsi?
Seperti halnya Kartini dulu yang bisa menguak persepsinya dan menyadarkan
orang-orang disekitarnya sehingga cita-cita ini terwujud dan berumur panjang.
You may also like
-
Revitalizing Transportation: Say Goodbye to E-toll, Starting 2024 E-toll tapping to be Phased Out, Here’s What’s Coming!
-
PANDAWARA GROUP BELAJAR PENGELOLAAN SAMPAH DI DENMARK, NEGARA TERBERSIH DI DUNIA
-
Kecelakaan Pesawat TNI AU: Empat Penerbang Gugur dalam Latihan Formasi
-
Kibarkan Bendera Putih, Ratusan Ribu Warga Palestina Dipaksa Meninggalkan Kediamannya
-
Pariwisata Berkembang, Ekonomi Menguat: Transformasi Transaksi Digital Melalui QRIS Cross Border