Melihat dengan mata, mendengar dengan telinga, merasa dengan hati. Jika menyelami maksud tersebut, tentu kepekaan sosial akan lahir. Dewasa ini,
media seolah disibukkan dengan berbagai kicauan yang beragam. Mulai dari kisah pelik yang justru menggelitik,
hingga kisah biasa namun mengangkasa. Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama dan DPRD adalah aktor dari salah satu kategori kisah dimana si awam tidak dapat menentukan kategori yang dimaksud.
apa dengan Jakarta?” pertanyaan sederhana yang mampu mencerminkan isi kepala dari setiap warga Jakarta saat ini menjadi topik dalam Kajian yang dilaksanakan oleh Pandawa Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Jakarta (Pandawa FE UNJ)
serta Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (BEM UNJ). Dalam kajian ini, pembicara merupakan Ketua Departemen Sosial Politik BEM UNJ, Syahril Sidik.
mengungkapkan apa yang sedang ramai dibicarakan media akhir-akhir ini, yaitu kisruh
antara Gubernur DKI Jakarta yang akrab disapa Ahok dengan DPRD. Mengangkat fakta yang menyelimuti atmosfer politik saat ini, Syahril mengutarakan alasan pelaporan DPRD atas Ahok. Alasan tersebut adalah karena adanya pemalsuan dokumen
RAPBD, pencemaran nama baik, serta dugaan suap yang dilakukan oleh Ahok kepada Ketua DPRD. Pemalsuan dokumen RAPBD ini, terjadi karena Pemda DKI menyerahkan draft RAPBD hasil perumusan Pemda dan direvisi sendiri oleh Ahok tanpa bubuhan tandatangan DPRD. Padahal, menurut prosedur, draft tersebut haruslah di tandatangani oleh DPRD.
DKI Jakarta. Septian Wijaya menilai bahwa sebenarnya kasus seperti ini adalah masalah wajar yang terjadi pada lembaga eksekutif dan legislatif. Namun,
yang membuat ini tidak wajar adalah beragam pemberitaan media yang justru memperpanas situasi. Karena itu, media sebagai jembatan antara rakyat dan pemerintah seharusnya dapat lebih objektif dalam menyiarkan berita. Jika melihat
kondisi masyarakat sekarang, pemberitaan tampak memihak dan justru menyulut api yang membakar habis kepercayaan yang sedang dibangun masyarakat.
Memilih untuk menolong rekan yang terjerembab di dalam lumpur tersebut sama halnya dengan membiarkan diri kita turut terjun dan terkena lumpur atau respon yang menantang. Oleh karena itu,
mahasiswa bagaimana pun harus melakukan upaya pencerdasan, terutama dalam menerima serta mengolah informasi yang tersebar disetiap lini kehidupan. “Cerdaskan keluarga kita maka kita akan mencerdaskan Indonesia” ujarnya. Dengan menyampaikan hasil pemikiran serta mengadakan diskusi kecil di dalam rumah, terbukti kita dapat menambah wawasan untuk sebagian kecil dari masyarakat
Indonesia, maka jika banyak mahasiswa yang melakukan hal ini, virus pencerdasan akan menyebar dengan mudah.
Reporter : Teni Rahayu
Fotografer : Gearent Firdaus
You may also like
-
The President of Indonesia Expected the Announcement of Civil Servant’s Increased Salary
-
How to Be a Great Public Speaker
-
Skill Penting yang Harus Dimiliki Oleh Mahasiswa untuk Mempersiapkan dan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja
-
PRESIDENT JOKOWI DISTRIBUTES Rp800 BILLION FOR LAMPUNG INFRASTRUCTURE IMPROVEMENT
-
Bahaya dari Kecerdasan Buatan ChatGPT Terhadap Lingkungan yang Belum Siap