Say No to Pinjol

Berbicara mengenai teknologi, pasti yang terbayang dalam benak kita adalah segala kemajuan dan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi teknologi sendiri yaitu untuk mempermudah pekerjaan yang mana memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakannya sesuai kebijakan masing-masing. Teknologi benar-benar membawa peradaban manusia pada kemajuan dalam berbagai aspek, dari mulai sosial budaya, kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi.

Ada banyak sekali bentuk kemajuan teknologi dari masing-masing aspek tersebut yang telah kita temui di era digital ini. Namun yang akan menjadi sorotan dalam artikel ini adalah aspek ekonomi tepatnya Fintech (Financial Technology). Mengingat eksistensi aplikasi berbasis Fintech yang tengah digandrungi masyarakat dari semua kalangan karena berbagai kemudahan yang ditawarkannya.

Layanan aplikasi Fintech yang telah menjamur menjadi budaya baru bagi masyarakat dalam bertransaksi. Dulu transaksi hanya dilakukan dengan cara tunai atau menggunakan kartu debit dan kredit. Bagi yang tidak memiliki rekening pastinya akan sedikit merepotkan bila bertransaksi harus pergi ke bank untuk mentransfer uang. Namun, keresahan tersebut terjawab dengan adanya aplikasi-aplikasi Fintech yang mana memudahkan kita untuk bertransaksi kapan pun dan dimana pun hanya dengan bermodalkan ponsel pintar yang telah terhubung dengan electronic banking.

Bukan hanya itu, layanan aplikasi Fintech pun banyak macamnya diantaranya yaitu start up pembayaran, investasi, riset keuangan, hingga pinjaman. Salah satu yang sering mengundang kontroversi yaitu aplikasi pinjaman online atau yang sering disebut pinjol. Di era yang serba praktis seperti sekarang ini, tak heran uang pun dapat dipinjam dengan cepat dan mudah.

Dengan persyaratan yang tidak terlalu rumit seperti di bank, pinjol pun menjadi alternatif bagi sebagian masyarakat ketika dalam keadaan yang mendesak membutuhkan uang. Biasanya mereka yang memilih untuk meminjam secara online dikarenakan tergiur dengan prosesnya yang cepat. Meski menawarkan berbagai kemudahan pada teknisnya tetapi menggunakan jasa pinjol bukan tanpa resiko. Pasalnya proses pinjam yang mudah merupakan umpan bagi pengguna supaya menggunakan jasa pinjol. Di balik semua itu, terdapat bunga pinjaman yang besar yang harus ditanggung oleh pihak peminjam.

Walau pun tidak semua platform pinjol berlaku demikian namun sudah sepatutnya kita berhati-hati. OJK memberikan anjuran kepada masyarakat supaya sebelum memutuskan untuk melakukan pinjaman online seharusnya memperhatikan legalitas serta membaca persyaratan dan ketentuan yang berlaku terlebih dahulu. Pengguna juga harus berhati-hati dalam memberikan akses datanya. Karena biasanya pihak penyelenggara pinjol akan bisa mengakses semua data yang ada di ponsel peminjam hingga ke data-data yang bersifat pribadi seperti foto-foto di galeri.

Dikutip dari Liputan6 pada 15 Februari 2019 sebanyak 231 entitas pinjol tercatat oleh OJK sebagai platform ilegal. Dikatakan ilegal karena tidak memiliki izin dan berpotensi merugikan masyarakat. Sudah banyak korban yang terjerat dalam perangkap pinjol. Dari intimidasi penagihan utang dengan cara mengirim pesan ke semua kontak pihak yang berutang, penagihan dengan lontaran kata-kata kasar hingga pelecehan seksual.

Salah satu yang sangat miris yaitu kasus sopir taksi yang ditemukan tewas bunuh diri di kamar kosan di Jalan Mampang Prapatan VII, Tegal Parang, Jakarta Selatan pada 11 Februari 2019 karena terlilit utang pinjol. Sebelum gantung diri, ia meninggalkan surat yang bertuliskan bahwa ia bunuh diri karena terjerat utang online serta meminta OJK dan pihak berwajib mengehentikan praktik pinjol.

Bila memang terpaksa harus berhutang, sebaiknya berutang sesuai dengan kemampuan finansial. Untuk menghindari pinjaman online abal-abal sebelum memilih untuk menggunakan jasa pinjol lebih baik cek terlebih dahulu apakah lembaga pinjol terdaftar di OJK melalui website resmi OJK di ojk.go.id. Sebisa mungkin hindari utang yang berbunga besar, selain kita akan merugi secara langsung kita sama saja dengan membiarkan praktik riba dalam perekonomian.

Alangkah baiknya kita lebih bijak lagi dalam planning finansial supaya tidak mudah terjerat utang. Agar terhindar dari kebiasaan berutang meski dalam keadaan sulit sekalipun lebih baik mulai menabung untuk persiapan ketika dalam keadaan mendesak. Karena lebih baik berusaha keras untuk me–manage uang daripada harus berusaha keras menutup utang yang tak kunjung terlunasi justru bunganya berlipat ganda.

Bila memang hal yang demikian terjadi pada kita, sudah seharusnya kita berani untuk melapor. Perlakuan lintah darat oleh pinjol memang merugikan, tentu saja hal tersebut menyalahi hukum. Jika sudah menjadi korban dari intimidasi atau pelecehan penyelenggara layanan pinjol sebaiknya kumpulkan bukti-bukti terlebih dahulu sebagai bahan laporan. Jika terbukti adanya tekanan dari pihak penyelenggara pinjol OJK bersama asosiasi akan  bertindak.

Penulis: Yenni Aryani, Pendidikan Administrasi Perkantoran 2017

Juara 2 Economic Writing Competition (EWC)