Konflik China dan Taiwan Kian Memanas, Berdampak ke Indonesia?

Ketua Dewan Perwakilan Amerika Serikat, Nancy Pelosi, beberapa waktu lalu berkunjung ke Taiwan yang meningkatkan ketegangan hubungan antara China dan Taiwan. Pelosi mengatakan, AS akan terus berdiri di samping Taiwan dan menekankan solidaritas keduanya. Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, berterima kasih atas dukungan yang diberikan dan menyatakan tidak akan mundur serta dengan tegas menegakkan kedaulatan negara dan terus mempertahankan garis pertahanan untuk demokrasi.

Tanpa butuh waktu lama, China langsung memberikan protes atas kunjungan tersebut dengan menggelar latihan militer di sekitar garis median Selat Taiwan. Latihan militer yang diadakan besar–besaran oleh China mendapat kecaman serius dari Kementerian Pertahanan Taiwan. Hal itu karena latihan bersenjata di kawasan tersebut akan memblokir akses pengiriman peralatan militer ke Taiwan oleh pasukan China.

Konflik yang memanas ini tentunya memicu kekhawatiran bagi banyak negara termasuk Indonesia. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Febrio Nathan Kacaribu, menerangkan bahwa konflik yang terjadi antara China dan Taiwan merupakan risiko eksogen yang tetap perlu diwaspadai. Menurutnya, konflik tersebut tidak akan berdampak langsung ke Indonesia, tetapi memiliki risiko rambatan konflik pada perekonomian negara.

“Belum terlihat dampak yang cukup signifikan, tetapi ini yang dikatakan tadi tetap perlu diwaspadai,” ujar Febrio

Dampak yang berpotensi terjadi akibat konflik ini terutama akan mengganggu mobilitas perdagangan dan investasi. Oleh karena itu, untuk mencegah dampak rambatan yang lebih luas, pemerintah Indonesia akan mengedepankan diplomasi ekonomi. Tujuannya, seperti yang disampaikan dalam Presidensi G20, yakni menyuarakan bahwa konflik negara yang bertikai berdampak krisis pada perekonomian global. Disisi lain, pemerintah juga akan melakukan diversifikasi aktivitas ekonomi dan investasi dalam menjaga ketahanan ekonomi internal. (NAA/RAH)