Jejak Awal Cokelat Panas: Peradaban Suku Maya dan Aztec Sebagai Pionir Minuman Legendaris

Sumber: BBC

Dalam perkembangan dunia kuliner saat ini, terdapat banyak sekali aneka minuman nikmat yang menarik perhatian dan juga digemari seluruh masyarakat dunia. Mulai dari kopi, teh, jus, sampai minuman berkarbonasi, seperti cola, soda, dan masih banyak lagi. Namun, dari banyaknya aneka minuman yang nikmat tersebut, ada salah satu minuman yang telah bertahan selama berabad-abad sebagai simbol kenikmatan dan kenangan manis bagi setiap penikmatnya, yaitu cokelat panas. Sejak ribuan tahun yang lalu hingga saat ini, cokelat panas telah menempuh perjalanan yang panjang dan menyimpan cerita menarik dibalik setiap tegukan yang kita nikmati. Dari biji kakao yang ditemukan oleh suku Maya dan Aztec, hingga penyebarannya ke seluruh dunia. Maka dari itu, mari kita telusuri bersama jejak sejarah dari minuman yang satu ini.

Cokelat panas yang berbahan dasar dari biji kakao ini ditemukan oleh suku Maya dan Aztec pada sekitar abad ke-3 Masehi. Kedua suku tersebut tinggal di wilayah yang saat ini dikenal sebagai Amerika Tengah, di mana pohon kakao tumbuh secara alami. Mereka mengolah biji kakao untuk membuat cokelat panas dengan cara mencampurkan biji kakao yang digiling dengan air, cabai, dan rempah-rempah lainnya, sehingga menghasilkan rasa yang pahit dan pedas.

Sumber: Big Think

Dalam bahasa Nahuatl (bahasa yang digunakan suku Aztec), cokelat panas disebut xoxoatl atau cacahuatl, yang artinya minuman pahit dan dianggap memiliki nilai sakral serta budaya yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan suku Maya dan Aztec percaya bahwa biji kakao merupakan anugerah dari dewa mereka, sehingga mereka memandangnya sebagai hadiah suci dari alam semesta. Selain itu, cokelat panas juga menjadi simbol status sosial dan kekayaan pada suku Maya dan Aztec, sebab hanya orang-orang kelas bangsawan yang dapat menikmati minuman cokelat panas.

Pada abad ke-16, penjelajah Spanyol yang bernama Hernan Cortez menjelajahi suku Maya dan Aztec dengan tujuan ekspansi teritorial, kekayaan, dan penyebaran agama. Selama eksplorasi, Hernan menemukan biji kakao yang dijadikan oleh suku Maya dan Aztec sebagai mata uang, alat barter, dan sering digunakan dalam upacara keagamaan mereka. Dengan melihat potensi dari biji kakao, Hernan Cortez membawanya ke Spanyol yang kemudian diolah menjadi cokelat panas dengan mencampurkan biji kakao, gula, dan rempah-rempah untuk menciptakan minuman yang lebih enak dibandingkan buatan cokelat panas dari suku Maya dan Aztec yang cenderung pahit dan pedas.

Dengan adanya penjelajah dan pedagang dari Eropa yang melakukan interaksi dengan Spanyol, bangsa Eropa pun menjadi tahu mengenai cokelat panas yang kemudian memicu minat dan eksplorasi lebih lanjut terhadap biji kakao. Sehingga pada abad ke-17, minuman cokelat panas berkembang di kalangan bangsawan Eropa dan kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya, seperti Italia, Prancis, dan Inggris.

Pada abad ke-19, di benua Eropa mulai bermunculan teknologi baru yang memungkinkan produksi biji kakao dan membuat cokelat panas yang lebih terjangkau bagi masyarakat umum. Selain itu, banyak bermunculan perusahaan cokelat yang mulai mengembangkan teknik pengolahan sekaligus membantu memopulerkan cokelat panas ke seluruh dunia, seperti Cadbury dari Inggris, Lindt dari Swiss, Nestle dari Swiss, dan Suchard dari Swiss.

Seiring berjalannya waktu, variasi dan inovasi dari topping untuk cokelat panas juga terus mengalami perkembangan. Mulai dari susu, whipped cream, marshmallow, dan topping nikmat lainnya. Hingga saat ini, minuman cokelat panas tetap menjadi salah satu minuman yang paling dicintai dan dinikmati oleh masyarakat, mengingatkan kita akan warisan sejarahnya yang panjang sekaligus perjalanan yang manis dari Amerika Tengah hingga ke seluruh dunia. (NBL/NM)