Oleh David Nehemia
‘Bejana Kartini 43’ bukan sebuah
kata biasa. Kartini di masa lalu
berjuang untuk bisa sekolah. ‘Kartini 43’ ini berbeda, dia bekerja untuk masa
depan anaknya. Dalam dia tidak ada takut, seakan jalan raya dan asap sudah
menjadi rumahnya. Kartini dimasa sekarang ini terlihat seperti Fajar yang tidak
pernah terbenam. Pagi hari bangun menyiapkan keperluaan keluarga, siang hingga
sore mencari nafkah, dan malam pulang dalam senyum harapan.
kata biasa. Kartini di masa lalu
berjuang untuk bisa sekolah. ‘Kartini 43’ ini berbeda, dia bekerja untuk masa
depan anaknya. Dalam dia tidak ada takut, seakan jalan raya dan asap sudah
menjadi rumahnya. Kartini dimasa sekarang ini terlihat seperti Fajar yang tidak
pernah terbenam. Pagi hari bangun menyiapkan keperluaan keluarga, siang hingga
sore mencari nafkah, dan malam pulang dalam senyum harapan.
Bejana akan dihancurkan apabila
bejana tersebut tidak sesuai dengan keinginan pembuatnya. Demikianlah ‘Kartini’
di masa kini dia akan melakukan apa saja agar bejana itu bisa sempurna. Banyak
sumber sejarah yang tidak menulis tentang perjuangan Kartini untuk anak –
anaknya di masa lalu.
bejana tersebut tidak sesuai dengan keinginan pembuatnya. Demikianlah ‘Kartini’
di masa kini dia akan melakukan apa saja agar bejana itu bisa sempurna. Banyak
sumber sejarah yang tidak menulis tentang perjuangan Kartini untuk anak –
anaknya di masa lalu.
Ini jawabannya “Anak pertama dan
sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat,
lahir pada tanggal 13 September 1904.
Beberapa hari kemudian, 17 September
1904,
Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu,
Rembang”.1
sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat,
lahir pada tanggal 13 September 1904.
Beberapa hari kemudian, 17 September
1904,
Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu,
Rembang”.1
Ternyata
Kartini di masa lalu mempunyai anak. Perjuangan Kartini sebagai pejuang wanita
untuk bisa sekolah sudah melanggar norma, dimana kebiasaan wanita di zaman
dahulu hanya mengurus 3UR, yaitu
kasur, sumur, dan dapur. Dan Kartini tidak hanya belajar tapi Beliau pun
mengajarkan para wanita lain di desanya. Wah,
hal yang tidak biasa! Coba kita banyangkan ketika itu Beliau sedang hamil dan
dalam kondisi yang tidak tenang. Bagi seorang wanita kondisi ini merupakan hal
yang sangat sulit dan menghancurkan hati. Saya bisa membayangkan ketika para
koloni datang meminta pajak dalam kondisi ekonomi yang tidak berdaya. Kita maju
kemasa kini, ketika pemilik kontrakan datang dalam kondisi yang sulit ‘Kartini
43’ ini tetap tegar, dia menatap masalah dalam ketenangan. Istri pada masa
dahulu dan kini tidak ada bedanya, bahkan lebih berat masa kini. menurut saya.
Kartini di masa lalu mempunyai anak. Perjuangan Kartini sebagai pejuang wanita
untuk bisa sekolah sudah melanggar norma, dimana kebiasaan wanita di zaman
dahulu hanya mengurus 3UR, yaitu
kasur, sumur, dan dapur. Dan Kartini tidak hanya belajar tapi Beliau pun
mengajarkan para wanita lain di desanya. Wah,
hal yang tidak biasa! Coba kita banyangkan ketika itu Beliau sedang hamil dan
dalam kondisi yang tidak tenang. Bagi seorang wanita kondisi ini merupakan hal
yang sangat sulit dan menghancurkan hati. Saya bisa membayangkan ketika para
koloni datang meminta pajak dalam kondisi ekonomi yang tidak berdaya. Kita maju
kemasa kini, ketika pemilik kontrakan datang dalam kondisi yang sulit ‘Kartini
43’ ini tetap tegar, dia menatap masalah dalam ketenangan. Istri pada masa
dahulu dan kini tidak ada bedanya, bahkan lebih berat masa kini. menurut saya.
Bejana
ini mau dihancurkan dan mau pembuatnya demikian halnya dengan kita sebagai
generasi muda. Ada sejuta harapan dan cita-cita yang terpendam oleh ‘Kartini’
di masa lalu dan masa sekarang. ‘Kartini’ di rumah kita berjuang dengan setia
dan tanpa mengeluh. Lihatlah contoh di atas, bagaimana ‘Kartini 43’ yang
tersenyum dalam tangisan dan menangis dalam senyuman. Tidak ada kata selain
melihat generasi ‘Kartini’ kecil di saat ini yang begitu berbeda dengan ‘Kartini’
sebelumnya.
ini mau dihancurkan dan mau pembuatnya demikian halnya dengan kita sebagai
generasi muda. Ada sejuta harapan dan cita-cita yang terpendam oleh ‘Kartini’
di masa lalu dan masa sekarang. ‘Kartini’ di rumah kita berjuang dengan setia
dan tanpa mengeluh. Lihatlah contoh di atas, bagaimana ‘Kartini 43’ yang
tersenyum dalam tangisan dan menangis dalam senyuman. Tidak ada kata selain
melihat generasi ‘Kartini’ kecil di saat ini yang begitu berbeda dengan ‘Kartini’
sebelumnya.
‘Kartini’
di masa kini timbul bagaikan sebuah bejana yang tidak dibakar dan sangat rapuh.
Hanya karena motor atau rayuan saja, mereka sudah menyerahkan diri sepenuhnya
kepada orang yang belum tentu mencintainya. ‘Kartini’ masa kini sudah bisa
membaca, berhitung, dan sekolah. ‘Kartini’
masa kini sudah tidak memegang sikat, pakaian, atau codek. ‘Kartini’ di masa
kini tidak lagi diam di dalam rumah, tapi justru tertawa di Mall-Mall. Kartini
penuh dengan air mata dan perjuangan di masa lalu berbeda dengan ‘Kartini’ di masa
kini yang air mata mereka untuk lawan jenis mereka. Tidak ada hasrat dan beban
dalam setiap hal yang ada di dalam diri mereka. Padahal setiap lembar rupiah
tersebut banyak titisan air mata dan keringat yang mengalir tanpa henti hanya
bagi anak di rumah. Tapi berbanding terbalik, kita bukan menggunakan setiap hal
tersebut guna membuat kita menjadi bejana yang mulia dan menjadi ‘Kartini’ di mata
bangsa-bangsa.
di masa kini timbul bagaikan sebuah bejana yang tidak dibakar dan sangat rapuh.
Hanya karena motor atau rayuan saja, mereka sudah menyerahkan diri sepenuhnya
kepada orang yang belum tentu mencintainya. ‘Kartini’ masa kini sudah bisa
membaca, berhitung, dan sekolah. ‘Kartini’
masa kini sudah tidak memegang sikat, pakaian, atau codek. ‘Kartini’ di masa
kini tidak lagi diam di dalam rumah, tapi justru tertawa di Mall-Mall. Kartini
penuh dengan air mata dan perjuangan di masa lalu berbeda dengan ‘Kartini’ di masa
kini yang air mata mereka untuk lawan jenis mereka. Tidak ada hasrat dan beban
dalam setiap hal yang ada di dalam diri mereka. Padahal setiap lembar rupiah
tersebut banyak titisan air mata dan keringat yang mengalir tanpa henti hanya
bagi anak di rumah. Tapi berbanding terbalik, kita bukan menggunakan setiap hal
tersebut guna membuat kita menjadi bejana yang mulia dan menjadi ‘Kartini’ di mata
bangsa-bangsa.
Survei yang
dilakukan, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA; “Pada tahun 2010, terjadi 285.184
perceraian di seluruh Indonesia. Penyebab pisahnya pasangan jika diurutkan tiga
besar paling banyak akibat faktor ketidakharmonisan sebanyak 91.841 perkara,
tidak ada tanggungjawab 78.407 perkara, dan masalah ekonomi 67.891 perkara”.
Ini adalah survei tahun 2010, sekarang tahun 2014, maka angka ini akan
bertambah dan jumlah ini berbanding lurus dengan banyaknya ‘Kartini-Kartini’
mudah yang tidak tangguh. ‘Kartini’ kecil yang masih SMA atau perguruan tinggi
harus menjual dirinya hanya demi menutup gengsi dan kekurangan dirinya. ‘Kartini’
kecil sekarang ini tidak sehebat ‘Kartini 43’ yang berjuang demi anaknya. Dia
hajar angin, hujan, panas, dan bahkan maut ada di depannya. ‘Kartini 43’ ini
menjadi contoh dan teladan bagi ‘Kartini’ kecil di masa ini.
dilakukan, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA; “Pada tahun 2010, terjadi 285.184
perceraian di seluruh Indonesia. Penyebab pisahnya pasangan jika diurutkan tiga
besar paling banyak akibat faktor ketidakharmonisan sebanyak 91.841 perkara,
tidak ada tanggungjawab 78.407 perkara, dan masalah ekonomi 67.891 perkara”.
Ini adalah survei tahun 2010, sekarang tahun 2014, maka angka ini akan
bertambah dan jumlah ini berbanding lurus dengan banyaknya ‘Kartini-Kartini’
mudah yang tidak tangguh. ‘Kartini’ kecil yang masih SMA atau perguruan tinggi
harus menjual dirinya hanya demi menutup gengsi dan kekurangan dirinya. ‘Kartini’
kecil sekarang ini tidak sehebat ‘Kartini 43’ yang berjuang demi anaknya. Dia
hajar angin, hujan, panas, dan bahkan maut ada di depannya. ‘Kartini 43’ ini
menjadi contoh dan teladan bagi ‘Kartini’ kecil di masa ini.
Di luar sana
masih banyak ‘Kartini-Kartini’ tangguh lainnya, tapi ‘Kartini 43’ ini hanya
satu dari jutaan ‘Kartini’. Jadi, bagi ‘Kartini-Kartini’ kecil, kau adalah
bejana dari ‘Kartini’ di masa lalu dan masa ini. Kau menjadi bejana untuk
memuliakan ‘Kartini’ terdahulu. Tunjukkan bahwa kau bejana-bejana yang bernilai
mahal kepada dunia dan tunjukkan bahwa ada pelangi sehabis hujan.
masih banyak ‘Kartini-Kartini’ tangguh lainnya, tapi ‘Kartini 43’ ini hanya
satu dari jutaan ‘Kartini’. Jadi, bagi ‘Kartini-Kartini’ kecil, kau adalah
bejana dari ‘Kartini’ di masa lalu dan masa ini. Kau menjadi bejana untuk
memuliakan ‘Kartini’ terdahulu. Tunjukkan bahwa kau bejana-bejana yang bernilai
mahal kepada dunia dan tunjukkan bahwa ada pelangi sehabis hujan.
Selamat hari
Kartini 21 April 2014
Kartini 21 April 2014
Sumber kutipan : http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini
You may also like
-
Memperingati Hari Disabilitas Internasional 2024, Langkah Nyata Menuju Ruang Publik Inklusif di Jakarta
-
Management Event: Talkshow Prestasi 2024
-
International Community Service//DIGITAL SKILLS WORKSHOP FOR ADULTS: MASTERING THE BASICS OF TECHNOLOGY IN THE DIGITAL AGE
-
Simak Rangkaian Kegiatan PAS 1 PKKMB E&A 2024
-
PKKMB UNJ 2024/2025 jadi Momen Bersejarah dengan UNJ Resmi Berstatus PTNBH