TRAGEDI PENDIDIKAN INDONESIA, IRONISKAH ?

 Oleh Ayyu
 
Pendidikan menjadi hal
penting bagi manusia terkait investasi diri di masa depan. Pendidikan yang
dimaksud bukan hanya pendidikan yang melahirkan insan cerdas. Namun, lebih dari itu pendidikan
yang diharapkan harus menjadikan manusia  memiliki ketajaman berfikir dan kehalusan
perasaan. Sampai detik ini, sudahkah orang-orang Indonesia memiliki itu
semua ?
Hingga tahun 2014 Indonesia
masih terkungkung dalam garda terbawah rank kualitas pendidikan. Hal ini dibuktikan
dengan berbagai riset dan penelitian yang telah dilakukan oleh organisasi
tingkat dunia. Penelitian itu mengungkap bahwa peringkat anak-anak Indonesia
bertengger di posisi 38 dari 42 negara untuk prestasi matematika, dan menduduki
posisi 40 dari 42 negara untuk prestasi sains menurut hasil TIMSS 2011.
Rata-rata skor prestasi matematika dan sains berturut-turut adalah 386 dan 406.
Rata-rata skor tersebut masih berada signifikan di bawah skor
rata-rata Internasional. Penelitian lain pada website BBC
2012, diberitakan
bahwa sistem pendidikan Indonesia menempati posisi terendah di dunia menurut
tabel Liga Global yang diterbitkan oleh Firma Pendidikan Pearson. Ranking ini memadukan hasil tes Internasional dan data seperti
tingkat kelulusan antara 2006 dan 2010. Indonesia berada di posisi terbawah
bersama Meksiko dan Brasil. Sementara itu, The United Nations Development
Programme (UNDP) 2011 juga telah melaporkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM )
atau Human Development Index (HDI)
Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 108 pada 2010 menjadi peringkat
124 pada 2012 dari 180 negara. Dari segala hasil penelitian ini didapatkan
bukti bahwa pendidikan di Indonesia masih rendah. Tentulah ada
penyebab dari segala ketertinggalan ini.
Penyebab ketertinggalan ini salah
satunya adalah sistem pendidikan. Sistem pendidikan
di Indonesia menjadi sangat krusial di
mana didalamnya terdapat seluruh komponen yang berkesinambungan antara pembuat
kebijakan, guru, kurikulum, dan murid. Ketika salah satunya mengalami
kecacatan, maka seluruhnya juga akan rusak. Salah satu kecacatan
dalam suatu komponen adalah keadaan guru yang tidak profesional.
Namun, penyebab ketidakprofesionalan ini juga harus dipertanyakan. Apakah para
guru mau menjadi profesional jika tidak ada perhatian lebih dari pemerintah?
Segala komponen penyusun ini harus diperkuat dengan adanya perbaikan.
Perbaikan dari sisi kualitas
guru dapat ditingkatkan dengan bantuan dari Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK). Lebih dari itu, telah muncul
juga ide-ide
cemerlang dari para pembela hak tunas bangsa melalui organisasi yang berkembang
di masyarakat. Namun, sayangnya pemerintah enggan
mendengar mereka dengan segala grand
desain yang telah mereka tawarkan. Lantas masih pantaskah orang-orang dalam
institusi terkait ini menduduki jabatan mereka?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

news
da pa checker
1xCasino
jojobet giriş