Source. Medan Harga Pangan
Di setiap Ramadhan, masyarakat Indonesia
selalu dihadapkan dengan dua tradisi, pertama tradisi kenaikan beberapa harga
kebutuhan pokok dan yang kedua tradisi meningkatnya konsumsi masyarakat di bulan
ramadhan. Kenaikan harga di bulan Ramadhan seperti “tradisi” yang terus ada
setiap tahunanya. Terdapat kenaikan pada
empat kebutuhan pokok, yakni pada cabai rawit, bawang merah, daging ayam,
daging sapi baik impor/lokal, dan telur ayam ras.
selalu dihadapkan dengan dua tradisi, pertama tradisi kenaikan beberapa harga
kebutuhan pokok dan yang kedua tradisi meningkatnya konsumsi masyarakat di bulan
ramadhan. Kenaikan harga di bulan Ramadhan seperti “tradisi” yang terus ada
setiap tahunanya. Terdapat kenaikan pada
empat kebutuhan pokok, yakni pada cabai rawit, bawang merah, daging ayam,
daging sapi baik impor/lokal, dan telur ayam ras.
Inflasi dan Ramadhan seolah menjadi semacam
dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Menjelang Ramadhan, pemerintah selalu
menyatakan pasokan cukup, jalur distribusi aman namun tetap saja ketika
Ramadhan tiba, harga-harga kebutuhan pokok masyarakat tetap melonjak. Dalam kajian ilmu ekonomi, inflasi terjadi
karena ada deviasi atau gangguan pada faktor konsumsi, produksi, dan
distribusi.
dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Menjelang Ramadhan, pemerintah selalu
menyatakan pasokan cukup, jalur distribusi aman namun tetap saja ketika
Ramadhan tiba, harga-harga kebutuhan pokok masyarakat tetap melonjak. Dalam kajian ilmu ekonomi, inflasi terjadi
karena ada deviasi atau gangguan pada faktor konsumsi, produksi, dan
distribusi.
Inflasi menurut teori ekonomi adalah suatu
keadaan terjadinya kenaikan harga barang-barang secara umum dan terus menerus
berkaitan dengan mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Secara umum ada
2 faktor penyebab inflasi, yaitu yang dikenal dengan istilah cost push
inflation, dan demand pull inflation.
keadaan terjadinya kenaikan harga barang-barang secara umum dan terus menerus
berkaitan dengan mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Secara umum ada
2 faktor penyebab inflasi, yaitu yang dikenal dengan istilah cost push
inflation, dan demand pull inflation.
Cost push inflation secara singkat dapat
diartikan dengan inflasi yang terjadi akibat kenaikan biaya suatu komoditas.
Sementara itu, demand pull inflation merupakan inflasi yang terjadi karena
meningkatnya permintaan barang/jasa oleh masyarakat, yang biasanya terjadi
pada saat-saat tertentu. Satu contohnya adalah inflasi yang terjadi saat bulan
Ramadan.
diartikan dengan inflasi yang terjadi akibat kenaikan biaya suatu komoditas.
Sementara itu, demand pull inflation merupakan inflasi yang terjadi karena
meningkatnya permintaan barang/jasa oleh masyarakat, yang biasanya terjadi
pada saat-saat tertentu. Satu contohnya adalah inflasi yang terjadi saat bulan
Ramadan.
Direktur Penelitian Center of Reform on
Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan inflasi pada pekan pertama itu
merupakan angka tertinggi yang tercatat selama tahun berjalan, sehingga apabila
tren pencapaian itu berlanjut dapat dipastikan laju inflasi pada keseluruhan
Juni 2016 pada kisaran 1%-2% (month-to-month) atau 4% (year-on-year).
Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan inflasi pada pekan pertama itu
merupakan angka tertinggi yang tercatat selama tahun berjalan, sehingga apabila
tren pencapaian itu berlanjut dapat dipastikan laju inflasi pada keseluruhan
Juni 2016 pada kisaran 1%-2% (month-to-month) atau 4% (year-on-year).
Hasil survei Bank Indonesia pada pekan pertama
Juni 2016 menunjukkan laju inflasi mencapai 0,59%.
Juni 2016 menunjukkan laju inflasi mencapai 0,59%.
Menurut Dr Akbar Susamto, inflasi pangan di
bulan ramadhan atau lebaran di Indonesia termasuk yang tertinggi diantara
negara-negara mayoritas Muslim lainnya. Inflasi pangan di Turki hanya 2,5% dan
Pakistan hanya 0,6% dari Januari sampai Mei 2016. Sedangkan Indonesia inflasi
pangannya sampai 7,8%, demikian terang Akbar dalam diskusi di Core Indonesia.
bulan ramadhan atau lebaran di Indonesia termasuk yang tertinggi diantara
negara-negara mayoritas Muslim lainnya. Inflasi pangan di Turki hanya 2,5% dan
Pakistan hanya 0,6% dari Januari sampai Mei 2016. Sedangkan Indonesia inflasi
pangannya sampai 7,8%, demikian terang Akbar dalam diskusi di Core Indonesia.
Hal ini terjadi karena adanya peningkatan
permintaan, peningkatan pendapatan (THR), pasokan inelastis terhadap
permintaan, ketidaklancaran distribusi antar daerah dan permainan harga oleh
spekulan dan kartel. Selain itu juga karena ‘pembiaran’ atas gejolak harga yang
terjadi di pasar dan kebijakan yang dilakukan para menteri sifatnya reaktif dan
jangka pendek. Selain itu, para pedagang besar juga mengambil peluang
memanfaatkan situasi ini berkolaborasi dengan oknum pejabat.Kenaikan harga
pangan pendorong utama inflasi saat Ramadhan dan lebaran. Persentase kenaikan
tertinggi ada pada gula pasir (16%), daging ayam ras (11%), cabe merah keriting
(11%), cabe merah (11%) dan telur ayam ras (9%).
permintaan, peningkatan pendapatan (THR), pasokan inelastis terhadap
permintaan, ketidaklancaran distribusi antar daerah dan permainan harga oleh
spekulan dan kartel. Selain itu juga karena ‘pembiaran’ atas gejolak harga yang
terjadi di pasar dan kebijakan yang dilakukan para menteri sifatnya reaktif dan
jangka pendek. Selain itu, para pedagang besar juga mengambil peluang
memanfaatkan situasi ini berkolaborasi dengan oknum pejabat.Kenaikan harga
pangan pendorong utama inflasi saat Ramadhan dan lebaran. Persentase kenaikan
tertinggi ada pada gula pasir (16%), daging ayam ras (11%), cabe merah keriting
(11%), cabe merah (11%) dan telur ayam ras (9%).
Kenaikan harga pangan dikarenakan, adanya
peningkatan permintaan masyarakat terhadap bahan makanan, adanya spekulasi
pedagang yang menimbun bahan makanan, kenaikan harga dari produsen karena
permintaan meningkat dan kenaikan harga pada tingkat distribusi yang disebabkan
kenaikan transportasi. Dalam situasi
yang sulit begini, terobosan dari pemerintah sangat diperlukan. Tidak sekedar
dengan operasi pasar. Dalam banyak kasus, operasi pasar tidak begitu efektif.
Selain sifatnya yang temporer, operasi pasar juga hanya menjangkau segmen kecil
dari masyarakat. Akibatnya, operasi pasar terkadang tidak begitu efektif
menahan laju kenaikan harga dan memastikan ketersediaan sembako yang bisa
dijangkau rakyat. Pemerintah belum memiliki kebijakan yang cukup komprehensif
guna mencukupi kebutuhan bahan pokok yang murah.
peningkatan permintaan masyarakat terhadap bahan makanan, adanya spekulasi
pedagang yang menimbun bahan makanan, kenaikan harga dari produsen karena
permintaan meningkat dan kenaikan harga pada tingkat distribusi yang disebabkan
kenaikan transportasi. Dalam situasi
yang sulit begini, terobosan dari pemerintah sangat diperlukan. Tidak sekedar
dengan operasi pasar. Dalam banyak kasus, operasi pasar tidak begitu efektif.
Selain sifatnya yang temporer, operasi pasar juga hanya menjangkau segmen kecil
dari masyarakat. Akibatnya, operasi pasar terkadang tidak begitu efektif
menahan laju kenaikan harga dan memastikan ketersediaan sembako yang bisa
dijangkau rakyat. Pemerintah belum memiliki kebijakan yang cukup komprehensif
guna mencukupi kebutuhan bahan pokok yang murah.
Pemerintah berkewajiban turun tangan untuk
mengurangi beban penderitaan rakyat, yakni dengan cara mengeluarkan kebijakan
untuk mengontrol harga sembako. Langkah ini penting untuk melawan aksi
spekulasi dan penimbunan. Pemerintah bisa menciptakan toko-toko atau pasar
khusus sembako dengan harga normal.
mengurangi beban penderitaan rakyat, yakni dengan cara mengeluarkan kebijakan
untuk mengontrol harga sembako. Langkah ini penting untuk melawan aksi
spekulasi dan penimbunan. Pemerintah bisa menciptakan toko-toko atau pasar
khusus sembako dengan harga normal.
Kajian Oleh. Dina Hannifa
Subdepartment. Litbang EconoChannel FE UNJ
You may also like
-
International Community Service//DIGITAL SKILLS WORKSHOP FOR ADULTS: MASTERING THE BASICS OF TECHNOLOGY IN THE DIGITAL AGE
-
Simak Rangkaian Kegiatan PAS 1 PKKMB E&A 2024
-
PKKMB UNJ 2024/2025 jadi Momen Bersejarah dengan UNJ Resmi Berstatus PTNBH
-
Mempererat Koneksi: Kunci Sukses di Dunia Kerja
-
Seminar Towards a Sustainable Economy: The Role of ESG In Improving Corporate Sustainability Reporting Performance