Meski mudik dilarang, pemerintah tetap memprediksi adanya peningkatan pergerakan masyarakat usai Hari Raya Idul Fitri 2021 atau yang dulu kerap disebut sebagai arus balik mudik Lebaran. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, peningkatan pergerakan masyarakat setelah Lebaran diperkirakan terjadi pada hari Minggu (16/5/2021) atau H+2 Lebaran. Oleh karena itu, Budi mengimbau masyarakat tidak melakukan perjalanan pada hari yang sama. Guna mengantisipasi lonjakan arus balik atau pergerakan usai Lebaran, Budi mengingatkan kepada para petugas di lapangan untuk tetap mempertahankan konsistensi dalam bertugas melakukan penyekatan sampai masa peniadaan mudik selesai.
Budi juga menegaskan bila tantangan terbesar nanti masih pada sektor transportasi darat dibandingkan moda lainnya. Hal tersebut karena potensi masyarakat yang ingin mudik terlihat sangat tinggi. Dari beberapa informasi yang beredar, beberapa waktu lalu sampai dengan H-2 Lebaran, para pemudik yang menggunakan sepeda motor bahkan sempat menerobos barikade penyekatan. Lebih lanjut, Budi menjelaskan, sampai dengan hari ke-7 masa peniadaan mudik, telah terjadi penurunan pergerakan manusia yang signifikan pada semua sektor, baik darat, laut, udara, dan kereta api dengan kisaran 70-90 persen dibanding periode sebelum masa peniadaan mudik. “Kami mengapresiasi masyarakat yang telah memahami maksud dan tujuan pemerintah melakukan peniadaan mudik, sehingga akhirnya mengurungkan niat untuk melakukan perjalanan mudik tahun ini,” ucap Budi.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, bersama jajaran Forum Komunikasi Daerah (Forkopimda), baik Pangdam Jaya maupun Kapolda Metro Jaya juga menggelar rapat antisipasi lonjakan arus balik musim Lebaran 2021. Anies mengatakan jajaran Forkopimda sadar bahwa setiap terjadi pergerakan masyarakat, maka tak berselang lama peningkatan kasus COVID-19 ikut naik sehingga pencegahan perlu dilakukan pada masa libur Lebaran dan arus balik mudik. Berkenaan dengan itu, dalam rapat koordinasi disimpulkan akan ada dua lapis pengetatan pemantauan pergerakan penduduk yang masuk ke wilayah DKI Jakarta.
Lapis pertama, melakukan screening pada pintu masuk Jabodetabek.
Transportasi umum udara, laut, maupun darat seperti kereta api juga akan dilakukan random screening tes antigen sehingga hal itu diharapkan mampu mendeteksi dini warga yang masuk kawasan Jakarta. “Pertama adalah melakukan screening di pintu – pintu masuk menuju Jabodetabek. Untuk kendaraan pribadi nanti akan dilakukan screening random bagi mereka yang masuk,” ungkap Anies.
Lapis kedua, antisipasi diterapkan pada level komunitas RT RW.
Gugus tugas tingkat RT RW diminta mendata warga yang baru tiba di wilayahnya. “Jadi Ketua RT dan Ketua RW gugus tugasnya akan melakukan monitoring sehingga seluruh warga yang datang akan dilakukan pemantauan, dicek kondisinya, dipastikan bahwa yang bersangkutan sehat, yang bersangkutan tidak bergejala. Dan akan dilakukan tes rapid antigen,” jelas Anies.
Kesimpulannya, Anies menciptakan dua lapis langkah untuk memantau kondisi pemudik yang datang kembali ke wilayah DKI Jakarta. Lapis pertama sreening sebelum masuk wilayah Jakarta. Lapis kedua screening setelah masuk wilayah Jakarta. “Jadi ini dua lapis untuk screening, satu sebelum masuk, yang kedua ketika sudah sampai di tempat tinggal,” pungkas Anies. (RAN/NAD)
You may also like
-
Melestarikan Warisan Budaya Tradisional Jawa, Transvision Meresmikan Channel Jowo
-
Sebelum 2024 Berakhir, Ini Dia Film dan Serial TV yang Wajib Ditonton!
-
Jalan Ninja Mahasiswa: Rahasia Cari Cuan Tambahan Lewat Wirausaha, Peluang Besar atau Risiko Besar?
-
Impact Besar Produk Lokal terhadap Perekonomian Nasional
-
Keceriaan dan Kenangan dalam Perayaan Budaya Unik Dunia