Harga minyak dunia dikabarkan terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut menurut statistik dari Intercontinental Exchange, Senin (1/8/2022), kontrak minyak mentah Brent Oktober turun 1,14 persen menjadi USD102,78 per barel. Seperti yang dikabarkan oleh Reuters, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Oktober turun 1,39 persen menjadi USD95,41 per barel.
Meskipun, dua harga minyak acuan sebelumnya mengalami kenaikan lebih dari $2 per barel pada Jumat pekan lalu, mereka masih berada di bawah tekanan bulanan sebagai akibat dari sentimen inflasi dan tren kenaikan suku bunga yang memicu kekhawatiran tentang resesi dan tren kenaikan suku bunga, juga dapat mengurangi permintaan bahan bakar. Tanggal 3 Agustus 2022, tepatnya pada hari Rabu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, akan bertemu untuk membahas kebijakan produksi dalam pertemuan yang disebut OPEC+.
Diperkirakan, merosotnya harga minyak pada perdagangan karena adanya kekhawatiran dari investor tentang penggunaan konsumen yang lebih rendah menjelang rilis cadangan minyak strategis Amerika Serikat.
Menanggapi hal ini, Presiden Joe Biden, selaku Presiden Amerika Serikat mengatakan akan menjual tambahan 20 juta barel minyak mentah dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS sebagai bagian dari rencana sebelumnya, untuk mendinginkan (meredam) harga minyak yang didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina pada Februari dan pemulihan permintaan yang telah menurun pada awal pandemi.
Pemerintahan AS juga telah mengumumkan pada akhir bulan Maret, bahwa mereka akan merilis rekor 1 juta barel per hari minyak mentah SPR selama enam bulan. Menurut survei Conference Board, kepercayaan konsumen di Amerika Serikat anjlok ke level terendah pada bulan Juli karena kekhawatiran tentang inflasi dan kenaikan suku bunga. Hal ini, juga menunjukkan bahwa konsumen kurang percaya diri dengan situasi tenaga kerja.
Sementara itu, menurut Wahyu Tribowo Laksono, pendiri Traderindo.com, turunnya harga minyak mentah dunia saat ini lebih disebabkan oleh sentimen umum. Antisipasi bahwa Federal Reserve akan terus menaikkan suku bunga menyebabkan pasar komoditas menurun pekan lalu. Menurutnya, kini fokus kekhawatiran global yang semula pada inflasi telah bergeser menjadi kekhawatiran terhadap ekspansi atau resesi global yang signifikan. Wahyu menambahkan bahwa turunnya komoditas energi, seperti minyak Brent bersama dengan gas alam di New York Mercantile Exchange dan membuat saham energi AS baru-baru ini menjadi sektor terburuk dalam satu setengah minggu terakhir. (ACA/VAN)
You may also like
-
Lindungi Dirimu di Dunia Maya: Tips Jitu agar Tetap Aman!
-
Don’t Be the Next Victim: Learn How to Avoid Catfishing
-
Mengenal Tanaman Hidroponik: Cara Bercocok Tanam Modern tanpa Tanah
-
Menilik Panasnya Persaingan Pilkada di Berbagai Daerah: Strategi, Drama, dan Harapan Warga
-
War Tiket akan Makin Ketat? Antusiasme Penggemar dalam Menyambut Konser SEVENTEEN [RIGHT HERE] 2025 di Indonesia