Sumber foto: www.viva.co.id

Pada Tahun 2023 Indonesia akan Hadapi Reflasi? Apa Alasannya?

Sumber foto: www.cnbcindonesia.com

Pada tanggal 23 November 2022, Menteri keuangan, Sri Mulyani, mengatakan bahwa pada tahun 2023 kewaspadaan ini menggambarkan risiko yang berasal dari global akan cukup memengaruhi kinerja kita. “Kalau dari sisi proyeksi atau pertumbuhan ekonomi, kami tetap pakai UU APBN yang asumsinya di 5,3 persen,” jelas Ibu Sri Mulyani. Namun, Sri Mulyani juga menjelaskan dasar kewaspadaan yang dirinya terapkan, salah satunya ialah lingkungan ekonomi global sedang muram. Tidak hanya faktor perang di Ukraina saja, tetapi juga Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang masih ketat dalam menerapkan kebijakan COVID-19. “Ini juga memengaruhi kondisi ekonomi global. Jadi, kami sampaikan waspada karena faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan momentum pemulihan ekonomi Indonesia bisa dipengaruhi oleh faktor global,” ujar Sri Mulyani.

Perekonomian dunia hingga 2023 masih akan menghadapi ketidakpastian. Bendahara negara ini menyebutkan ekonomi dunia tahun depan gelap atau cenderung pekat. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia hingga kuartal III-2022 mencapai 5,72% year on year (yoy), masih dinilai cukup kuat, terutama didorong adanya faktor permintaan masyarakat, investasi, kinerja ekspor, dan belanja pemerintah.

Di lansir dari dtc news, perang Ukraina telah menyebabkan harga energi, pangan, dan pupuk melonjak sehingga negara Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat mengalami inflasi. Inflasi tersebut direspon dengan pengetatan kebijakan moneter meskipun berisiko melemahkan perekonomian mereka. “Makanya beberapa negara memang masuk ke dalam zona kontraksi. Kalau pun masih positif, positifnya sangat kecil, seperti di Amerika Serikat,” ujar Sri Mulyani. Jika kewaspadaan ini muncul maka hal pertama yang dilakukan ialah pemerintah memantau apa saja yang mengalami perubahan, seperti tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Di lain sisi, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan bahwa saat ini Indonesia menghadapi risiko reflasi. Perry Warjiyo menuturkan tingginya tingkat inflasi ini membuat Bank Sentral di beberapa negara mengerek suku bunga acuan. Perry juga memperkirakan era suku bunga tinggi karena berlangsung lama dan berlanjut hingga tahun depan. Inflasi akan tetap melonjak akibat kenaikan harga yang terjadi karena imbas perang Rusia dan Ukraina yang tak kunjung ada tanda berakhir. Kenaikan ini, utamanya terjadi di Bank Sentral AS the Fed. (RIV/RAH)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *