Piala Dunia 2022 di Qatar menarik perhatian dunia. Di tengah berbagai kontroversi, Piala Dunia kali ini menjadi salah satu bukti kepada dunia bahwa Qatar adalah negara kaya. Hal ini tak lepas dari pembangunan besar-besaran yang dilakukan Qatar untuk menyelenggarakan Piala Dunia 2022.
Melansir Reuters, Qatar dilaporkan telah menghabiskan setidaknya $229 miliar untuk membangun infrastruktur dalam 11 tahun terakhir sejak memenangkan tawaran menjadi tuan rumah Piala Dunia. Dengan demikian, negara ini menggelontorkan $500 juta atau senilai setara Rp7,8 triliun setiap minggu untuk konstruksi, infrastruktur, rumah sakit, hotel, bandara, dan beberapa stadion baru. Berdasarkan perbandingan, biaya Piala Dunia di empat edisi tersebut maka Piala Dunia 2022 Qatar pantas disebut sebagai yang paling mahal.
Lalu, dari mana sumber kekayaan Qatar?
Melansir laman The Way Ahead, kekayaan Qatar bersumber dari minyak dan gas yang ditemukan pertama kali pada tahun 1940 di Dukhan. Penemuan tersebut menjadi sebuah pijakan yang mengubah perekonomian Qatar.
Negara yang jumlah penduduknya tak sampai 3 juta tersebut memiliki cadangan minyak sebesar 1,5 persen dari total cadangan minyak dunia. Hal ini membuat Qatar memiliki cadangan minyak yang setara dengan 402,1 kali dari konsumsi tahunnya. Hal ini berarti tanpa melakukan ekspor, cadangan minyak Qatar dapat memenuhi kebutuhan minyak selama kurang lebih 400 tahun.
Pada 2016, Qatar menghasilkan 1,9 juta barel minyak per hari. Dari sisi ekspor minyak, Qatar melakukan ekspor sebanyak 503 ribu barel per harinya atau 25 persen dari produksi minyak.
Pada awalnya, konsensi minyak di Qatar diberikan kepada Iraq Petroleum Company (IPC). Lalu, pada 1977, konsensi IPC dinasionalisasi dan bekas konsensi diberikan kontrak layanan dengan operasi diawasi oleh Qatar Petroleum.
Dari minyak dan gas, Qatar berhasil mencatat Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita mencapai 85 ribu USD pada tahun 2010. Namun, PDB tersebut dilaporkan turun menjadi 50 ribu USD pada tahun 2020. (SMS/RIV)