Negara Jepang akan menjadi lebih lemah sebagai bangsa, jika populasi masyarakatnya menyusut yang diakibatkan oleh resesi seks. Pada saat ini, jumlah penduduk negara Jepang kisaran 124,62 juta jiwa. Jika dilihat pada tahun 2056 atau 33 tahun yang akan datang, maka penduduk Jepang akan berkurang sekitar 25 juta jiwa. Apalagi jumlah kelahiran akan turun di bawah 500.000 pada tahun 2059 dan apabila jumlah angka kelahiran secara garis besar tidak berubah, maka kebijakan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam menghadapi populasi yang menurun ini harus segera diimplementasikan untuk menghindari nasib tersebut.
Sumber: iNews.id
Berdasarkan sensus nasional, perkiraan populasi penduduk Jepang direvisi setiap 5 tahun. Revisi terbaru adalah yang pertama dalam 6 tahun akibat pandemi Covid-19. Dilansir dari CNN Indonesia, Kemendagri Jepang, menyebut penurunan populasi secara keseluruhan merupakan penurunan tertajam yang tercatat sejak tahun 1968. “Penurunan jumlah anak dan populasi adalah masalah penting yang melibatkan masalah sosial, ekonomi, dan kesejahteraan sosial Jepang,” kata juru bicara pemerintah, Hirokazu Matsuno. Di lain sisi, jumlah warga asing di Jepang belakangan ini terus bertambah disaat jumlah penduduk jepang sendiri sedang mengalami krisis. Data Kemendagri Jepang, menunjukkan kenaikan jumlah warga negara asing (WNA) tertinggi sejak 2013. Negara Jepang mempunyai aturan imigrasi yang cukup ketat. Namun, beberapa tahun terakhir ini mulai melonggarkan batasan secara bertahap, demi mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja. Pada bulan lalu, Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, mengusulkan rencana dengan anggaran, yaitu USD25 miliar (setara Rp375 triliun) untuk mendukung kaum muda dan keluarga dalam meningkatkan angka kelahiran.
Sumber: CNBC Indonesia
Menurut data pemerintah, sekitar 450 sekolah tutup setiap tahun. Pada tahun 2002 dan 2020, hampir 9.000 sekolah menutup pintu selamanya sehingga sulit bagi daerah terpencil untuk memikat penduduk baru yang berusia lebih muda. Dampak dari krisis penduduk ini, yaitu banyaknya sekolah yang ditutup karena angka kelahiran yang menurun akibat resesi seks. Istilah resesi seks, secara spesifik mengacu pada turunnya mood pasangan melakukan hubungan seksual, menikah, dan punya anak. Pada akhirnya, resesi seks dapat berimbas pada penurunan populasi suatu negara karena rendahnya angka perkawinan.
(RIV/AM)
You may also like
-
Langkah Sederhana untuk Lingkungan Tanpa Polusi
-
WORLD CUP DREAMS ALIVE? Indonesia Jumps 5 Spots in FIFA Rankings!
-
Memaksimalkan Potensi Black Friday untuk UMKM: Strategi Jitu Meningkatkan Penjualan
-
Recharge Sebelum Tahun Baru: 5 Manfaat Self-Care yang Wajib Kamu Tahu
-
Mengelola Keuangan Pribadi di Era Digital: Tips Memanfaatkan Platform Keuangan Digital