Generasi Z atau yang akrab disebut sebagai Gen Z, merupakan generasi yang mendominasi angka demografi saat ini. Hasil sensus 2020 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia adalah Gen Z dengan persentase 27,94%. Generasi yang lahir antara 1997 sampai 2012 ini tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi dan internet sehingga mengakibatkan Gen Z disebut sebagai generasi kekinian. Selain disebut sebagai generasi kekinian, Gen Z juga kerap kali disebut sebagai strawberry generation atau generasi stroberi. Apa itu generasi stroberi?
Berawal dari Taiwan, istilah generasi stroberi untuk Gen Z pertama kali muncul sekitar tahun 2000-an dan digunakan untuk generasi yang lahir setelah tahun 1990. Istilah ini merujuk pada buah stroberi yang digambarkan memiliki tampilan luar yang indah nan cantik, tetapi di dalamnya mudah membusuk dan hancur. Sama seperti buah stroberi, Gen Z dikenal sebagai generasi yang kreatif dan inovatif, tetapi di sisi lain mudah menyerah dan rapuh saat menghadapi masalah. Hal tersebut merupakan salah satu stereotipe yang mendasari terciptanya julukan generasi stroberi untuk Gen Z. Selain itu, beragam stereotipe lainnya juga menempel pada Gen Z, berikut di antaranya:
1. Terlalu Bergantung pada Teknologi
Sumber: shutterstock.com
Salah satu stereotipe yang paling melekat pada Gen Z adalah Gen Z terlalu bergantung pada teknologi. Sebagai generasi yang lahir dan tumbuh beriringan dengan kemajuan teknologi, hal tersebut menjadikan Gen Z sebagai generasi yang tidak bisa lepas dari teknologi. Gen Z mengandalkan teknologi dalam hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari.
2. Mudah Menyerah dan Kurang Tahan Banting
Sebagian orang menganggap bahwa Gen Z adalah generasi yang mudah menyerah, tidak memiliki tekad yang kuat, dan kurang tahan banting dalam menghadapi tekanan. Salah satu faktor yang mendasari adalah banyaknya konten di media sosial yang membentuk standar di masyarakat sehingga menimbulkan tekanan pada Gen Z untuk menyesuaikan diri dengan standar tersebut.
3. Narsis dan Individualis
Sumber: shutterstock.com
Tumbuh bersama dengan perkembangan media sosial menciptakan stereotipe baru tentang Gen Z yang mengatakan bahwa mereka terlalu narsis dan terlalu berlebihan dalam mengekspresikan diri. Tak jarang, Gen Z juga dianggap sebagai generasi yang terlalu fokus pada diri sendiri dan tidak tertarik dengan kehidupan sosial.
Berdasarkan stereotipe-stereotipe yang menempel pada Gen Z, perlu diingat bahwa stereotipe hanyalah generalisasi yang tidak selalu akurat dan tidak mencerminkan kebenaran tentang setiap individu dalam kelompok Gen Z. Tidak semua individu dalam Gen Z memiliki sifat-sifat yang digambarkan sebagai generasi stroberi. Istilah generasi stroberi pun memiliki konotasi negatif dan banyak orang yang menolak istilah ini.
Penting bagi setiap individu untuk berhenti menggeneralisasi suatu generasi dengan stereotipe yang negatif. Setiap generasi memiliki tantangan dan kelebihannya masing-masing sehingga penting bagi setiap generasi untuk menumbuhkan sifat kolaboratif guna membangun dan menciptakan masa depan yang lebih baik. (FYA/ND)