Alangkah Lucunya Wisuda Ini

Oleh Bahjatul Fitriyah

24 September 2011 – Kampus B Universitas Negeri Jakarta tampak begitu ramai dipadati ribuan mahasiswa yang mengenakan toga. Gedung Serba Guna Kampus B UNJ menjadi saksi bisu dari 2803 mahasiswa dari tujuh fakultas dan satu pascasarjana yang resmi diwisuda pada Wisuda Semester Genap 2010-2011 hari itu. Gedung mungil yang terlihat hampir tumpah dijejali manusia begitu banyak. Pihak panitia yang sadar peristiwa seperti akan terjadi memutuskan untuk membagi acara wisuda menjadi dua kloter, yakni 1415 orang pada pagi hari dan 1388 di siang harinya.
Pada wisuda kloter pertama di pagi hari mungkin acara wisuda terlihat agak kondusif. Matahari belum begitu terik dan kondisi gedung masih bersih. Sayangnya, wisudawan kloter kedualah paling merasakan ketidaknyamanan. Puluhan kipas angin di GSG tidak mampu menyejukkan ribuan orang di dalamnya. Paduan ruangan yang gerah dan baju wisuda yang bahannya menyerap panas, membuat mereka terus berkipas-kipas.
Wisuda kloter pertama yang dimulai pukul 08.00 diisi oleh mahasiswa-mahasiswa dari tiga fakultas kependidikan (Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) dan satu Pascasarjana. Sedangkan pada wisuda kloter kedua dimulai pukul 14.45, mundur 15 menit dari rundown semula. GSG siang hari itu dipenuhi oleh mahasiswa dari 4 fakultas, yakni Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Bahasa dan Seni, dan Fakultas Ekonomi. Keterlambatan ini pun akibat pengkoordinasian yang lemah. Petugas keamanan yang menjaga di depan pintu masuk mengarahkan undangan yang mayoritas orang tua untuk tidak memasuki ruangan GSG, “Orangtua dan undangan di samping ya.” Itu artinya, ruangan khusus untuk para wisudawan. Kami pun beranjak dari depan pintu menuju tempat yang katanya dikhususkan untuk para orang tua dan undangan. Hanya ada tenda, kursi dan beberapa layar televisi yang disediakan persis di samping GSG. “Ini wisuda kaya hajatan.” begitu celetuk salah seorang undangan. Banyak sekali komentar yang dilontarkan para orang tua wisudawan, seperti halnya yang di diskusikan oleh salah seorang Ibu dan Bapak di belakang kami, “kok jadi kayak cuma nonton tivi ya.” “iya nih. gedung gak nyewa, paling-paling cuma bayar makanan.”
Acara ini memang menimbulkan kontroversi dan banyak pertanyaan, baik dari para mahasiswa maupun orangtua wisudawan. Bagaimana tidak? Keharusan membayar wisuda dengan nominal mencapai delapan ratus dua puluh lima ribu rupiah ternyata berbanding terbalik dengan fasilitas yang diberikan.
Setelah acara pengenalan keempat fakultas acara dilanjutkan dengan sambutan dan pidato dari Prof Dr Bedjo Sujanto, MPd , selaku rektor UNJ. Para undangan yang mayoritas merupakan orang tua wisudawan terlihat kurang berminat dengan pidato yang berlangsung hampir setengah jam tersebut, nyatanya mereka rela duduk berpanas-panasan sambil menyaksikan layar televisi di luar Gedung Serba Guna hanya untuk melihat wajah anaknya yang hari ini resmi dinyatakan lulus. Namun apa daya, mereka hanya bisa menyaksikan acara sakral itu dari layar kaca sambil sesekali menggelengkan kepala melihat serakan sampah bekas makanan.
Pada semester genap tahun ini, jumlah wisudawan Fakultas Ekonomi rupanya yang terbanyak diantara fakultas yang lain, dengan perincian 124 dari Program Diploma III, 135 dari program Strata 1 non-kependidikan dan sisanya sebanyak 201 orang berasal dari program Strata 1 kependidikan. Dari 460 orang tersebut, dua diantaranya dinyatakan sebagai Wisudawan Terbaik UNJ, mereka adalah Anna Salpiah dengan Indeks Prestasi Akhir 3,82 jurusan DIII Manajemen Pemasaran dan Nyoman Pujiani jurusan S1 Pendidikan Ekonomi dengan Indeks Prestasi Akhir 3,90.
Setelah penyebutan nama keenam Wisudawan Terbaik, tepat pukul 16.00, acara pun sampai pada intinya, yaitu pemindahan tali toga dari kiri ke kanan sebagai pertanda telah lepasnya status mahasiswa yang selama kurang lebih empat tahun melekat di pundak mereka. Jika di kampus lain, kegiatan pemindahan tali toga dijalankan begitu khidmat dan tertata karena memang kegiatan tersebut merupakan prosesi sakral yang paling ditunggu dan akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi wisudawan, dan biasanya kegiatan pemindahan tali toga ini dilakukan langsung oleh rektor. Namun lucunya, di acara Wisuda UNJ kali ini para wisudawan tidak dipanggil satu persatu ke atas panggung. Mereka justru “mewisuda” dirinya sendiri dengan aba-aba dari sang rektor. Tak ayal suasana ini mengundang gelak tawa sdari para hadirin. Kampus mana yang mengadakan acara wisuda dengan membiarkan mahasiswanya “mewisuda” dirinya sendiri. Dalam hal ini, mungkin UNJ ingin membuat suatu terobosan baru yang sekali lagi sangat−lucu.
Acara ditutup dengan doa pada pukul 16.30, setelah sebelumnya ada pidato pidato ucapan terima kasih dari perwakilan orang tua “terpilih”. Para wisudawan pun akhirnya dipersilakan maju ke depan untuk mengambil ijazah mereka secara berurutan. Momentum pengambilan ijazah ini seakan menjadi harapan terakhir para undangan untuk berbangga diri melihat anaknya diwisuda, beribu pasang mata penuh keletihan tertuju pada layar, beberapa berdiri mendekat ke pintu keluar samping GSG, dengan terharu menyambangi anaknya yang sudah menggenggam ijazah.
Inilah potret wisuda delapan ratus dua puluh lima ribu rupiah. Semoga semua kelucuan ini tidak menyurutkan semangat para wisudawan untuk terus berkarya dan berprestasi di masa yang akan datang. Semoga UNJ juga dapat mengevaluasi diri dan tidak terus-menerus membuat kelucuan yang memiriskan hati. Semoga saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

casibom
güvenilir bahis siteleri