Oleh Andika
Provinsi DKI Jakarta selalu diidentikkan
dengan kemacetan. Hampir semua jalan di Jakarta mengalami kemacetan
yang cukup membuat kita pusing, kesal, dan uring-uringan akibat kemacetan yang
terjadi. Sebenarnya sederhana saja, kemacetan itu disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan dan pertambahan jumlah
jalan. Selama ini pertambahan jumlah kendaraan meningkat dengan pesat sementara
pertambahan jalan bisa dikatakan tidak ada pertambahan yang signifikan. Pengamat kebijakan publik, Andrinof Chaniago memaparkan bahwa ada sembilan hal yang menjadi penyebab macet di ibu kota.
dengan kemacetan. Hampir semua jalan di Jakarta mengalami kemacetan
yang cukup membuat kita pusing, kesal, dan uring-uringan akibat kemacetan yang
terjadi. Sebenarnya sederhana saja, kemacetan itu disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan dan pertambahan jumlah
jalan. Selama ini pertambahan jumlah kendaraan meningkat dengan pesat sementara
pertambahan jalan bisa dikatakan tidak ada pertambahan yang signifikan. Pengamat kebijakan publik, Andrinof Chaniago memaparkan bahwa ada sembilan hal yang menjadi penyebab macet di ibu kota.
Pertama, ruas jalan jauh di bawah kebutuhan normal yang seharusnya 20% dari total luas kota. Saat ini, lahan jalan Jakarta hanya 6,2% saja dari total lahan.
Kedua, model angkutan umum belum sesuai dengan
kebutuhan di kota besar. Menurut Andrinof, angkutan umum utama di Jakarta
harusnya berupa bus dan kereta yang bisa mengangkut penumpang dalam jumlah besar.
kebutuhan di kota besar. Menurut Andrinof, angkutan umum utama di Jakarta
harusnya berupa bus dan kereta yang bisa mengangkut penumpang dalam jumlah besar.
“Namun, yang terjadi saat ini Jakarta
masih dilayani 16 ribu angkot. Jumlah angkot harus diciutkan drastis”.
masih dilayani 16 ribu angkot. Jumlah angkot harus diciutkan drastis”.
Penyebab ketiga, yaitu minimnya jembatan penyeberangan
orang atau terowongan penyeberangan orang. Sehingga orang kerap kali
menyeberang beramai-ramai saat arus lalu lintas sedang tinggi. Ini tentu
menghambat laju kendaraan.
orang atau terowongan penyeberangan orang. Sehingga orang kerap kali
menyeberang beramai-ramai saat arus lalu lintas sedang tinggi. Ini tentu
menghambat laju kendaraan.
Keempat, karena kebijakan perumahan perkotaan yang salah. Rumah susun di
Jakarta jumlahnya amat kecil. Akibatnya, orang menyebar ke daerah pinggir.
“Penyebaran rumah ke pinggir membuat orang lama dan banyak berada di
jalan,” ujar Andrinof.
Jakarta jumlahnya amat kecil. Akibatnya, orang menyebar ke daerah pinggir.
“Penyebaran rumah ke pinggir membuat orang lama dan banyak berada di
jalan,” ujar Andrinof.
Penyebab kelima karena
banyaknya persimpangan jalan yang belum memiliki bangunan fly
over maupun underpass. Keenam, angka urbanisasi dan
pertumbuhan penduduk di pinggir Jakarta amat tinggi. Jumlahnya di atas 4,5% per tahun. Sementara, mayoritas dari mereka bekerja di Jakarta.
banyaknya persimpangan jalan yang belum memiliki bangunan fly
over maupun underpass. Keenam, angka urbanisasi dan
pertumbuhan penduduk di pinggir Jakarta amat tinggi. Jumlahnya di atas 4,5% per tahun. Sementara, mayoritas dari mereka bekerja di Jakarta.
Penyeban ketujuh, yaitu
karena banyaknya titik bottleneck, seperti di pintu-pintu masuk
jalan tol. Sementara penyebab nomor delapan, yaitu karena kurangnya angkutan massal seperti bus dan
kereta. Penyebab terakhir, yaitu karena buruknya tata ruang dan kesalahan
pemberian ijin bangunan seperti mall
dan ruko. “Di luar sembilan penyebab tersebut, ada dua masalah fundamental
di masa lalu, yaitu kepemimpinan birokrasi dan tata kelola anggaran,” ujar
pengamat dari Universitas Indonesia itu. Banyak faktor lain selain faktor
(komponen) di atas yang dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas, misalnya;
penerapan yang keliru terhadap kebijakan dan undang-undang lalu lintas angkutan
jalan, keberadaan mall (pintu mall) di tepi jalan raya sehingga keluar
masuk kendaraan, orang dan angkutan umum yang ngetem akan mengganggu
kelancaran lalulintas, kurangnya jumlah
petugas pengatur lalu lintas, demonstrasi, kerusuhan, dan cuaca (hujan deras
dan banjir).
karena banyaknya titik bottleneck, seperti di pintu-pintu masuk
jalan tol. Sementara penyebab nomor delapan, yaitu karena kurangnya angkutan massal seperti bus dan
kereta. Penyebab terakhir, yaitu karena buruknya tata ruang dan kesalahan
pemberian ijin bangunan seperti mall
dan ruko. “Di luar sembilan penyebab tersebut, ada dua masalah fundamental
di masa lalu, yaitu kepemimpinan birokrasi dan tata kelola anggaran,” ujar
pengamat dari Universitas Indonesia itu. Banyak faktor lain selain faktor
(komponen) di atas yang dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas, misalnya;
penerapan yang keliru terhadap kebijakan dan undang-undang lalu lintas angkutan
jalan, keberadaan mall (pintu mall) di tepi jalan raya sehingga keluar
masuk kendaraan, orang dan angkutan umum yang ngetem akan mengganggu
kelancaran lalulintas, kurangnya jumlah
petugas pengatur lalu lintas, demonstrasi, kerusuhan, dan cuaca (hujan deras
dan banjir).
You may also like
-
Mempererat Koneksi: Kunci Sukses di Dunia Kerja
-
Seminar Towards a Sustainable Economy: The Role of ESG In Improving Corporate Sustainability Reporting Performance
-
Bincang Prestasi 2024: from Ordinary to Extraordinary: Unlocking the Path to Remarkable Achievements
-
Building Tax Awareness and Compliance in Small Medium Enterprises (SME): A Comprehensive Taxation Education Program
-
Economics Expo 2024: Meriah dan Spektakuler!