UK Replica Watches Hot Sale,70% OFF & Free Shipping,replica watchesAvailable With Remarkable Rolex, Omega, Breitling, Hublot Fake Watches And Other.

Replika Órák - Olcsón Rolex replika órák Minősége Óra Webáruház Akciós

Wer verkauft die besten Replik-Rolex-Uhren? Alle Antworten finden Sie auf unserer Website replica uhrenwerden Sie auch ihre Vintage-Luxus-Replik von Rolex King Midas sehen.

TRAGEDI NOL BUKU DAN SISTEM PENDIDIKAN KITA

Source : sayogand.blogspot.com
Oleh Ayyu
Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah posting
tentang Tragedi Nol Buku, sebuah posting yang lagi-lagi menampar wajah
pendidikan kita. 
Pak Satria Dharma menulis
posting mengenai riset yang dilakukan Taufik Ismail tentang kewajiban
anak SMA membaca buku sastra berjudul Tragedi Nol Buku.
Kesimpulannya cukup mengejutkan, tidak ada kewajiban membaca buku sastra di SMA Indonesia. Berbeda jauh
dengan negara lain, bahkan dengan kewajiban di sekolah pada masa penjajahan
Belanda. Hasil lengkapnya dapat dilihat di tabel yang saya
ambil dari postingan Tragedi Nol
Buku.

Mengapa Terjadi Tragedi Nol Buku?

Pemegang kebijakan pendidikan kita mulai dari tingkat
menteri, dirjen, kepala dinas, rektor sampai kepala sekolah mengabaikan
pentingnya membaca buku, terutama buku sastra. Membaca buku adalah hal biasa,
bukan kebijakan yang perlu jadi prioritas. Saya tunjukkan contoh sederhana yang
tampak mata.
Sekolah-kampus kita lebih peduli muridnya memakai alas
kaki apa daripada berapa buku yang dibacanya. Sekolah-kampus kita lebih peduli
muridnya mengenakan pakaian apa daripada buku apa yang dibacanya. Murid pakai sandal
jepit dilarang masuk, tapi murid tidak membaca buku tidak dikenakan hukuman
apapun. Murid pakai kaos oblong dilarang ikut ujian, tapi murid tidak membaca
buku tetap bisa ikut ujian. Papan informasi di sekolah-kampus lebih besar
soal larangan pakai sandal/kaos, daripada seruan baca buku.
Contoh diatas menunjukkan skala prioritas para
pengambil kebijakan. Lebih penting penampilan meski otak kosong melompong.
Lebih penting bersolek daripada membaca buku. Ini sekolah-kampus atau Fashion
Show
?
Berdasarkan pengalaman saya ketika menjadi dosen,
logika pengambil kebijakan pendidikan kurang lebih seperti ini. Kewajiban
membaca buku adalah tanggung jawab dosen secara personal. Kewajiban mengenakan
pakaian-sepatu seragam adalah tanggung jawab manajemen. Jadi memang beda
prioritas. Pakaian urusan manajemen yang terpusat. Sementara, membaca buku
diserahkan ke dosen. Kebijakan pakaian berlaku secara menyeluruh beserta hadiah
dan hukumannya. Kebijakan membaca buku hanya berlaku di sebuah mata pelajaran
atau sebuah kelas.
Mengapa Tragedi Nol Buku terjadi? Skala prioritas
pengambil kebijakan pendidikan kita yang kacau! Lalu apakah itu jadi perhatian dalam
kurikulum 2013? Tidak!
Mari kita menukik lebih dalam ke praktek pelajaran
Bahasa Indonesia. Apa yang menjadi prioritas? Hafalan mengenai awalan, akhiran,
sisipan, majas dan tetek bengek lainnya. Apakah anak diajak untuk membaca buku?
Hanya tugas di salah satu pertemuan. Kalau dianalogikan dengan pelajaran
memasak, pelajaran berbahasa kita ibarat mengajari murid rumitnya memasak tanpa
diajak menikmati dan menghayati masakan yang super lezat. Siapa yang bisa gemar
membaca kalau dihadapkan dengan kerumitan tanpa merasakan lezatnya membaca?
Tragedi Nol Buku dan Buku Sastra 
Mengapa yang dipermasalahkan kewajiban membaca buku
sastra? Mengapa bukan buku teks? Bagi saya, buku sastra adalah karya sastrawan
dengan keseluruhan totalitasnya. Seorang sastrawan melakukan riset, penghayatan
dan menuliskan buku sastranya sebagai sebuah kesatuan kehidupan. Bagai masakan,
buku sastra adalah masakan yang dimasak secara sungguh-sungguh.
Sementara, buku teks adalah mie instan. Buku yang
dibuat karena proyek. Buku yang dibuat agar anak bisa memahami berbagai teori
secara cepat. Penulis buku teks tidak melakukan proses penciptaan karya.
Perannya adalah memadukan berbagai jenis bahan secara cepat. Layaknya mie
instan, buku teks mengenyangkan sampai bosan, bukan menyehatkan pikiran. Buku
teks itu setara
dengan Wikipedia, tidak layak dikutip dalam laporan penelitian.
Apakah harus buku sastra? Tidak juga, bisa juga buku-buku
yang ditulis langsung oleh penyusun suatu teori. Bila ingin belajar piramida
kebutuhan, sangat beda antara membacanya di buku teks psikologi dengan
membacanya di buku karangan Abraham Maslow. Meski demikian, buku yang ditulis
ilmuwan biasanya bahasanya lebih berat.
Implikasi Tragedi Nol Buku 
Dampak pertama, anak tidak gemar membaca buku. Anak
hanya diajarkan kerumitan cara membaca dan berbahasa tanpa pernah menikmati
lezatnya membaca buku. Ketika tidak gemar, membaca buku hanya berdasarkan
kebutuhan sesaat seperti membaca buku karena mau ujian. Asupan pengetahuan
pada anak pun kurang secara jumlah dan kualitasnya. Semakin sedikit bacaan,
semakin sempit wawasannya, semakin dangkal pengambilan keputusannya.
Dampak kedua,  tanpa kegemaran membaca maka tak
ada pembelajaran berkelanjutan. Iya, membaca buku hanya ketika ada kewajiban di
sekolah-kampus. Setelah itu membaca jadi aktivitas yang dijauhi dan dilupakan.
Bahkan bisa jadi, membaca buku jadi aktivitas yang dibenci.
Dampak ketiga, anak tidak merasakan manfaat dari gemar
membaca buku sastra. Apa saja manfaatnya? Banyak!  Saya mencatatnya ada empat manfaat dari gemar membaca
buku
: memperkaya
kosa kata anak, membuat anak belajar
tentang keragaman, problem solving, dan wawasan berbagai tempat, memahami
pola perilaku orang dan cara berinteraksi, terakhir, melatih imajinasi dan kreativitas
anak
Bagaimana Mengatasi Tragedi Nol Buku?
  1. Pilih presiden dan kepala
    daerah yang memprioritaskan gemar membaca buku dalam kebijakan
    pendidikannya
  2. Desak pengambil kebijakan
    pendidikan (menteri, rektor, & kepala sekolah) untuk menjadikan gemar membaca
    buku sebagai priorita
    s pertama
  3. Membangun
    dan mendukung taman baca masyarakat atau gerakan sosial untuk gemar
    membaca
  4. Menjadi
    orang tua yang mengajarkan anak untuk GEMAR (bukan mampu) membaca buku. Baca tipsnya di Gemar Membaca Buku Sejak Usia
    Dini
    .
  5. Sebarkan
    informasi mengenai Tragedi Nol Buku dan Kegemaran Membaca Buku

 Sumber : http://www.bincangedukasi.com/tragedi-nol-buku/

 
 
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Buy now perfect duplicate branded automatic watches for the best price on Perfect Watches website., replica watchesWorldwide shipping available.

Top Zwitserse luxe 1: 1 Rolex replica horloges winkel voor heren, replica breitling koop goedkope nep Rolex horloges voor heren online.