Komik merupakan sesuatu
hal yang merubah kehidupan. Itulah tanggapan Faza Meonk, kreator komik “Si
Juki” ketika ditanyakan mengenai makna komik dalam kehidupannya ketika
ditemui dalam acara “Kalsium 2” yang diadakan EconoChannel bersama komikus
Indonesia lainnya, Beng Rahardian. Bagaimana tidak, berkat karya-karyanya di
bidang komik, lelaki yang bernama asli Faza Ibnu Ubaydillah Salman ini meraih
kesuksesan. Selain itu, bagi Faza, komik merupakan media komunikasi visual yang
membuat gagasan cerita mudah ditingkatkan yang membuat seorang komikus
seharusnya benar-benar memaksimalkan ide-idenya dimana kini Komik-komik di
Indonesia pun semakin beragam dan memiliki tema yang benar-benar lebih berwarna
dan cenderung sarkastik.
hal yang merubah kehidupan. Itulah tanggapan Faza Meonk, kreator komik “Si
Juki” ketika ditanyakan mengenai makna komik dalam kehidupannya ketika
ditemui dalam acara “Kalsium 2” yang diadakan EconoChannel bersama komikus
Indonesia lainnya, Beng Rahardian. Bagaimana tidak, berkat karya-karyanya di
bidang komik, lelaki yang bernama asli Faza Ibnu Ubaydillah Salman ini meraih
kesuksesan. Selain itu, bagi Faza, komik merupakan media komunikasi visual yang
membuat gagasan cerita mudah ditingkatkan yang membuat seorang komikus
seharusnya benar-benar memaksimalkan ide-idenya dimana kini Komik-komik di
Indonesia pun semakin beragam dan memiliki tema yang benar-benar lebih berwarna
dan cenderung sarkastik.
Warna-warna baru dalam
tema sebuah komik, menurut Faza merupakan salah satu sebab kembalinya komik Indonesia
dalam jagat perkomikan nasional yang sempat hilang tak terlihat. Hilangnya nama-nama
komik Indonesia di negeri sendiri, menurut Komikus Beng Rahadian hal itu
diakibatkan oleh berubahnya budaya serta tren masyarakat dari yang awalanya
menjadikan bacaan sebagai bahan hiburan beralih ke media visual lainnya seperti
televisi yang semakin lama semakin diminati masyarakat, atau bahkan menjadi
media utama hiburan masyarakat.
tema sebuah komik, menurut Faza merupakan salah satu sebab kembalinya komik Indonesia
dalam jagat perkomikan nasional yang sempat hilang tak terlihat. Hilangnya nama-nama
komik Indonesia di negeri sendiri, menurut Komikus Beng Rahadian hal itu
diakibatkan oleh berubahnya budaya serta tren masyarakat dari yang awalanya
menjadikan bacaan sebagai bahan hiburan beralih ke media visual lainnya seperti
televisi yang semakin lama semakin diminati masyarakat, atau bahkan menjadi
media utama hiburan masyarakat.
Selain warna-warna
baru, menurut Beng, komikus Indonesia sekarang sudah memiliki kemampuan yang
benar-benar mumpuni dimana banyak komikus-komikus Indonesia tersebut namanya
tidak hanya terkenal di Indonesia melainkan juga diluar negeri dan bahkan
diundang untuk menjadi pembicara seminar-seminar komik di negeri lain. Hal yang
membanggakan tentunya melihat banyak komikus-komikus Indonesia yang sudah
berani tampil dan menunjukkan kemampuan mereka yang setara atau melebihi
kemampuan komikus luar negeri.
baru, menurut Beng, komikus Indonesia sekarang sudah memiliki kemampuan yang
benar-benar mumpuni dimana banyak komikus-komikus Indonesia tersebut namanya
tidak hanya terkenal di Indonesia melainkan juga diluar negeri dan bahkan
diundang untuk menjadi pembicara seminar-seminar komik di negeri lain. Hal yang
membanggakan tentunya melihat banyak komikus-komikus Indonesia yang sudah
berani tampil dan menunjukkan kemampuan mereka yang setara atau melebihi
kemampuan komikus luar negeri.
Meski memiliki
kemampuan yang bias jadi lebih disbanding komikus Negara lain, Faza menjelaskan
terdapat banyak perbedaan antara komikus Indonesia dengan komikus Negara lain.
Sebut saja Jepang. Di Jepang, Faza menjelaskan bahwa komikus begitu di-support
oleh publisher mulai dari perizinan sampai hal mendetil lainnya. Sementara di
Indonesia, komikus betul-betul “berjuang sendiri”. Mulai dari menggambar,
mempublish dan bahkan kadang menjual dilakukan oleh diri sendiri. Selain itu
Faza menambahkan bahwa di Jepang komik menjadi berbeda dari komik Negara lain
akibat mereka memiliki iklim nya sendiri. Ditambahkan oleh Beng bahwa jepang
adalah Negara yang Visual base, dimana mulai dari tulisan saja sudah berbasis
virtual. Selain budaya yang berbeda tadi, Beng juga berkata bahwa masyarakat Indonesia
sudah terbodohkan sejak masa kolonial. Orang Indonesia sebenarnya mampu
memproduksi komiknya sendiri. Namun, akibat perilaku konsumtif, orang Indonesia
seakan lupa memproduksi apa yang sebenarnya dapat meningkatkan citra bangsa
atau paling tidak dirinya sendiri.
kemampuan yang bias jadi lebih disbanding komikus Negara lain, Faza menjelaskan
terdapat banyak perbedaan antara komikus Indonesia dengan komikus Negara lain.
Sebut saja Jepang. Di Jepang, Faza menjelaskan bahwa komikus begitu di-support
oleh publisher mulai dari perizinan sampai hal mendetil lainnya. Sementara di
Indonesia, komikus betul-betul “berjuang sendiri”. Mulai dari menggambar,
mempublish dan bahkan kadang menjual dilakukan oleh diri sendiri. Selain itu
Faza menambahkan bahwa di Jepang komik menjadi berbeda dari komik Negara lain
akibat mereka memiliki iklim nya sendiri. Ditambahkan oleh Beng bahwa jepang
adalah Negara yang Visual base, dimana mulai dari tulisan saja sudah berbasis
virtual. Selain budaya yang berbeda tadi, Beng juga berkata bahwa masyarakat Indonesia
sudah terbodohkan sejak masa kolonial. Orang Indonesia sebenarnya mampu
memproduksi komiknya sendiri. Namun, akibat perilaku konsumtif, orang Indonesia
seakan lupa memproduksi apa yang sebenarnya dapat meningkatkan citra bangsa
atau paling tidak dirinya sendiri.
Meskipun memiliki
potensi, masyarakat yang terbodohkan tadi seakan terus menerus terbodohi.
Banyak dari komikus-komikus Indonesia yang seakan tidak berani muncul.
Menanggapi hal ini, Faza dan Beng sangat menyayangkan karena Indonesia butuh
lebih banyak komikus yang berani. Faza berpesan, untuk mereka yang ingin tampil
namun terhalang restu orangtua akibat dunia design atau komik khususnya tidak
mendatangkan uang, mereka harus menunjukkan pada yang menghalangi jalan mereka
bahwa apa yang dijalani betul-betul bukan omong kosong, tetapi merupakan suatu
hal yang membanggakan. Selain itu bagi mereka yang malu, Faza menambahkan bahwa
saat ini komkus, Indonesia khususnya memiliki banyak metode untuk mempublish
karya mereka misalnya saja melalui media sosial. Komikus pun harus bebrani di
kritik untuk dapat mengembangkan dirinya sendiri. Beng pun setuju dengan
ungkapan faza. Beng berkata bahwa bila tidak muncul sekarang, mau kapan lagi? Semakin
lama tidak memberanikan diri untuk muncul maka resiko tertinggal dari yang lain
pun semakin besar. So, jangan takut untuk menunjukkan karyamu ya! (AA)
potensi, masyarakat yang terbodohkan tadi seakan terus menerus terbodohi.
Banyak dari komikus-komikus Indonesia yang seakan tidak berani muncul.
Menanggapi hal ini, Faza dan Beng sangat menyayangkan karena Indonesia butuh
lebih banyak komikus yang berani. Faza berpesan, untuk mereka yang ingin tampil
namun terhalang restu orangtua akibat dunia design atau komik khususnya tidak
mendatangkan uang, mereka harus menunjukkan pada yang menghalangi jalan mereka
bahwa apa yang dijalani betul-betul bukan omong kosong, tetapi merupakan suatu
hal yang membanggakan. Selain itu bagi mereka yang malu, Faza menambahkan bahwa
saat ini komkus, Indonesia khususnya memiliki banyak metode untuk mempublish
karya mereka misalnya saja melalui media sosial. Komikus pun harus bebrani di
kritik untuk dapat mengembangkan dirinya sendiri. Beng pun setuju dengan
ungkapan faza. Beng berkata bahwa bila tidak muncul sekarang, mau kapan lagi? Semakin
lama tidak memberanikan diri untuk muncul maka resiko tertinggal dari yang lain
pun semakin besar. So, jangan takut untuk menunjukkan karyamu ya! (AA)
You may also like
-
Mempererat Koneksi: Kunci Sukses di Dunia Kerja
-
Seminar Towards a Sustainable Economy: The Role of ESG In Improving Corporate Sustainability Reporting Performance
-
Bincang Prestasi 2024: from Ordinary to Extraordinary: Unlocking the Path to Remarkable Achievements
-
Building Tax Awareness and Compliance in Small Medium Enterprises (SME): A Comprehensive Taxation Education Program
-
Economics Expo 2024: Meriah dan Spektakuler!