Disorientasi Makna Kebangkitan Nasional

Pada tahun ini tepat sudah usia kebangkitan nasional
menginjak 108 tahun. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya peringatan Hari
Kebangkitan Nasional ini diperingati dengan melakukan upacara  baik itu oleh kantor pemerintahan mau pun
sekolah. Namun, ironinya euphoria Hari
Kebangkitan Nasional hanya dimaknai sebatas dengan upacara tadi tanpa ada
pemaknaan yang mendalam mengenai kebangkitan nasional bagi bangsa Indonesia
untuk benar-benar bangkit dari segala jenis ketertinggalan dan keterpurukan
bangsa Indonesia.
            Seyogyanya
kebangkitan nasional ditekankan pada perbaikan dan proses sinergisasi seluruh
lapisan masyarakat menuju bangsa Indonesia yang berdikari. Jika kita lihat
kebelakang, jauh sebelum adanya kemerdekaan semangat akan kebangkitan nasional
lebih dulu digelorakan dengan berdirinya Budi Utomo. Dari hal tersebut semangat
akan persatuan dan kesatuan diwujudkan lebih lanjut dengan dikumandangkannya
ikrar Sumpah Pemuda sebagai simbol nyata makna persatuan seluruh pemuda di
Indonesia.
            Namun
pada kenyataanya persoalan yang setiap tahunnya muncul dari bangsa ini adalah
masalah persatuan dan keutuhan bangsa. Hampir setiap tahun ada saja konflik horisontal
mau pun vertikal dari setiap golongan masyarakatnya. Kita lihat bagaimana kasus
kerusuhan di poso, isu perselisihan pembangunan masjid di papua dan yang tak
lekang dari ingatan kita adalah bagaimana kasus Timor-timor yang akhirnya
keluar dari bagian kesatuan NKRI untuk menjadi Negara yang merdeka sendiri,
serta masih banyak lagi kasus-kasus sentimen yang dapat berujung pada
perpecahan bangsa. Hal ini jelas terjadi karena masyarakat kita tidak memahami
makna dari persatuan. Percuma ada pepatah yang bergumang Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh. Toh, pada kenyataannya
konflik tetap saja terjadi.
            Tidak
hanya pada persoalan persatuan, saat ini bangsa Indonesia seperti mengalami
degradasi moral kesusilaan. Awal tahun ini 
banyak bergulir kasus asusila yang mencoreng nama bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang berbudaya. Dan hal tersebut seperti diskenario oleh
sutradara hebat. Setelah kasus menghebohkan seorang anak dibawah umur “yuyun”
yang diperkosa 14 orang, muncul lagi kasus “eno” yang diperkosa dan dibunuh
secara sadis oleh pacarnya sendiri. Isunya lagi-lagi sama. Tindak asusila
dengan korban dan pelaku anak di bawah umur. Bangsa ini sudah benar rusak
moralnya.
            Belum
lagi persoalan korupsi para petinggi Negara yang setiap tahun bagai kutukan tiada
usai kapan berakhirnya. Hampir setiap bulannya ada saja nama-nama baru pejabat
tinggi yang tersandung kasus korupsi. Bahkan baru-baru ini masalah penggelapan
pajak dengan munculnya dokumen “Panama Papers”.
            Kebangkitan
nasional sepertinya sudah mengalamai disorientasi makna jika kita melihat
kondisi Indonesia saat ini. Pemaknaan kebangkitan nasional sudah tidak dapat
megilhami setiap individu bangsa ini. Kebangkitan benar hanya di maknai sebatas
pada peringatan upacara dan mengenang kembali kejayaan budi utomo pada saat
itu. Tidak ada pemaknaan yang hakiki mengenai kebangkitan nasional yang
seharusnya bisa menjadi cambuk bagi bangsa ini untuk segera bangkit dari
keterpurukan dan kutukannya.
            Bangkit
bagi pendidik adalah semangat mengajar dengan ketulusan hati, dan tampil
maksimal untuk menghasilkan generasi terbaik. Sudah saatnya para pendidik untuk
memberikan pelayanan yang lebih prima bagi anak bangsa ini agar kelak menjadi
penerus yang berdedikasi penuh untuk bangsanya. Dan sudah saatnya pula
pendidikan harus dinikmati oleh semua anak bangsa yang ada di bawah panji merah
putih, Indonesia. Bangkit bagi para pendidik adalah kesamarataan pendidikan
tanpa terkecuali.
            Bagi
pemuda bangkit adalah untuk tetap mencipta karya dan berdaya guna di
masyarakat. Pemuda merupakan poros yang utama dalam sebuah bangsa. Ingat betul
pesan Presiden Soekarno Berikan Aku
Sepuluh Pemuda maka akan Aku guncangkan Dunia
!. Begitu pentingnya peran
pemuda untuk mengangkat derajat dan martabat bangsa ini di mata dunia. Pemuda
harus segera hijrah dari segala jenis keterbelakangannya dan maju membawa karya
untuk mengguncang dunia. Sudah bukan waktunya lagi pemuda untuk berleha-leha.
Bangkit. Bangkit. Dan Bangkit. Sisingkan lengan baju pemuda dan rebut tongkat
estafet kepemimpinan.
            Bangkit
untuk Indonesia sendiri adalah bangun dari mimpi buruk dan segala jenis
keterpurukan serta ketertinggalan dengan bangsa-bangsa lain. Bangkit berarti
menyusul. Bangkit berarti mengejar. Dan bangkit berarti berusaha menjadi yang
terbaik. Indonesia sudah cukup dengan segala berbagai macam kutukannya. Sudah
saatnya Indonesia harus memapah dirinya sendiri ke arah yang lebih baik.
            Bangkit
merupakan sebuah kata seribu makna. Bangkit adalah hasutan bagi mereka untuk
berbuat lebih baik lagi. Bangkit adalah gelora muda untuk terus melakukan yang
terbaik untuk bangsa ini. Dan bangkit yang terpenting adalah berjalan dengan
kekuatan sendiri, baik bangsa, individu dan dunia. 

M. Rifki Fadilah 
Kasubdept Penelitian dan Pengembangan EconoChannel FE UNJ
diterbitkan di Harian Warta Kota 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

casibom
güvenilir bahis siteleri