Guru adalah sosok pahlawan tanpa tanda jasa. Dengan kebaikan hatinya, mereka rela belajar giat untuk nantinya di sebarkan ilmu ke murid-muridnya. Mungkin di mata kita perjuangan seorang guru itu sama, menghadapi murid-murid yang nakal, bertemu dengan orang tua murid yang terkadang sifatnya menjengkelkan. Tetapi sedikit dari kita yang tahu perjuangan seorang guru yang berada di daerah terpencil, ada yang hanya bertahan selama beberapa bulan dan ada juga yang bertahun-tahun mengajar disana. Guru yang berada di daerah terpencil patut kita hargai karena pengabdiannya sangatlah besar, mereka rela tidak bertemu sanak keluarganya dalam waktu yang lama. Itu baru sebagian kecil dari risiko-risiko yang dihadapi mereka. Untuk itu penulis akan membahas lebih lanjut dibawah ini mengenai tantangan dan risiko yang dihadapi oleh guru di daerah terpencil.
- Menyebrangi sungai untuk pergi mengajar
Karena jarak sekolah yang jauh, para guru rela untuk menyebrangi sungai meskipun sudah berpakaian rapi. Menyebrangi sungai adalah jalan satu-satunya menuju ke sekolah karena tidak ada perahu maupun jembatan.
- Mengajar di kelas beratap bocor
Kondisi kelas di pedalaman jauh dari kata aman dan nyaman, karena banyak sekali kelas yang tidak layak dipakai, seperti atap bolong yang ketika hujan airnya akan masuk ke dalam kelas. Hal tersebut harus dihadapi oleh para guru disana.
- Mengajar ketika tidak ada lampu
Seorang guru di daerah terpencil biasanya mengajar dari pagi hingga menjelang sore, karena banyaknya murid dari berbagai tingkatan dan sedikitnya tenaga pendidik mengharuskan mereka untuk mengajar banyak murid. Jika waktu belajar sudah mulai larut maka lampu pun harus dinyalakan, tapi apa boleh buat jika tiba-tiba terdapat pemadaman listrik? Maka mereka harus belajar dengan cahaya lilin seadanya.
- Mengajar di luar karena sekolah yang ambruk
Hal yang paling menyedihkan adalah ketika harus belajar di luar kelas karena sekolah yang ambruk dan sudah tidak layak ditempati. Belajar di luar kelas adalah suatu keterpaksaan, karena seorang guru harus mencari alternatif lain karena tidak bisa belajar di dalam kelas.
5. Lepas sepatu karena jalanan yang becek
Yang terjadi di pedalaman setelah hujan turun adalah jalanan becek dimana-mana. Karenanya para guru rela lepas sepatu mereka agar tidak tergelincir di tanah yang licin.
Fenomena-fenomena diatas adalah sebuah fakta yang menyedihkan, karena begitu berat medan yang harus dilalui para guru di pedalaman. Dengan sebuah niat yang tulus untuk mengajari anak-anak disana, para guru mungkin pernah mengeluh dengan keadaan tetapi mereka ingat kembali dengan semangat awal mereka, yaitu mencerdaskan seluruh anak bangsa hingga ke pelosok daerah. Maka sebaiknya kita lebih menghargai usaha guru-guru kita dalam mengajar kita. (KH)
You may also like
-
International Community Service//DIGITAL SKILLS WORKSHOP FOR ADULTS: MASTERING THE BASICS OF TECHNOLOGY IN THE DIGITAL AGE
-
Simak Rangkaian Kegiatan PAS 1 PKKMB E&A 2024
-
PKKMB UNJ 2024/2025 jadi Momen Bersejarah dengan UNJ Resmi Berstatus PTNBH
-
Mempererat Koneksi: Kunci Sukses di Dunia Kerja
-
Seminar Towards a Sustainable Economy: The Role of ESG In Improving Corporate Sustainability Reporting Performance