DAMPAK PENGGUNAAN FILTER BEAUTY DALAM MEDIA SOSIAL TERHADAP KESEHATAN MENTAL

Saat ini, perkembangan media sosial semakin menunjukkan eksistensinya. Media sosial, seperti Instagram, TikTok, dan Snapchat mulai memuaskan para penggunanya dengan memberikan fitur-fitur yang semakin keren, yaitu filter beauty. Filter beauty dapat membuat penampilan kita terlihat lebih cantik tanpa memerlukan usaha yang lebih.

Akan tetapi, efek ini ternyata dapat menimbulkan dampak negatif yang mengerikan. Salah satu dampak negatifnya, yaitu meningkatnya pengidap facial dysmorphia. Facial dysmorphia adalah sebuah keadaan atau gangguan kesehatan mental yang penderitanya mengalami kecemasan berlebihan terhadap kekurangan penampilan pada wajahnya sendiri. Kondisi ini lebih rentan dialami oleh remaja hingga orang-orang yang berumur 30-an karena rentang usia tersebut merupakan pengguna media sosial yang paling sering menggunakan filter beauty, baik pria maupun wanita.

Facial dysmorphia dapat dikatakan juga sebagai salah satu bagian dari body dysmorphic disorder yang ternyata umum dialami pada kalangan pengguna media sosial. Perbedaannya adalah facial dysmorphia hanya lebih berfokus pada penampilan yang ada di wajah, seperti bentuk mata, hidung, bibir, gigi, rahang, rambut, dan warna kulit.

Sumber gambar: Images.app

Filter beauty pada media sosial bisa membuat penampilan wajah kita menjadi terlihat lebih sempurna hingga seperti tidak nyata. Oleh karena itu, secara tanpa sadar kita jadi sering membandingkan penampilan asli kita dengan penampilan di foto yang sudah mendapatkan sentuhan filter beauty atau editan lainnya.

Saat kita mengunggah foto dengan filter beauty, kita akan mendapatkan respon positif yang membuat kita ingin melakukannya kembali, bahkan hal ini bisa berlanjut hingga kita  mengubah penampilan asli di dunia nyata agar terlihat secantik di foto yang menggunakan efek tersebut.

Seseorang yang mengidap facial dysmorphia memiliki tanda-tanda umum, yaitu sering merasa gelisah dan malu karena menganggap penampilan wajahnya buruk. Penderita ini juga sering memiliki gejala-gejala, seperti bercermin dengan waktu yang lama secara berulang-ulang, sering menanyakan pendapat orang lain untuk meyakinkan bahwa penampilan wajahnya tidak ada yang kurang, sering memegang dan menyembunyikan bagian wajah yang dianggap terdapat kekurangan, serta menyalahgunakan konsumsi obat-obatan untuk kecantikan.

Gejala-gejala ini pun dapat berlanjut hingga penderita merasa cemas setiap kali berada di tempat umum. Pada saat berhadapan dengan orang lain, memiliki keinginan untuk melakukan operasi plastik yang tidak ada hentinya, bahkan jika dibiarkan berlanjut dapat menyebabkan depresi berat dan menimbulkan keinginan bunuh diri.

Sumber gambar: Klik dokter

Ketika kamu merasa mempunyai gejala-gejala tersebut, sebaiknya kamu tidak perlu langsung mendiagnosis diri kamu sendiri. Pengidap facial dysmorphia akan mengalami gejala-gejala lebih lanjut dari gejala sebelumnya. Jika gejala sudah pada tahap lanjut, lebih baik segera periksakan ke psikolog atau psikiater untuk penanganan lebih lanjut.

Memang tidak ada larangan untuk penggunaan filter beauty ini, tetapi ada baiknya kita juga harus mengetahui batasan-batasan, serta sadar bahwa setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Dengan demikian, kita dapat terlihat cantik apa adanya sesuai dengan keunikan yang ada pada diri masing-masing. (SNE/KAN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

news
da pa checker
jojobet giriş
vozol