Jakarta – Belakangan ini, fenomena Citayem Fashion Week menjadi perbincangan masyarakat luas dan menarik perhatian para remaja. Asal mula fenomena ini berawal ketika para remaja yang mayoritas berasal dari daerah “tetangga” Jakarta, seperti Depok, Citayam dan Bojong Gede, Kabupaten Bogor.
Citayam Fashion Week adalah sebutan untuk fenomena anak-anak muda yang memakai pakaian modis bergaya street-style di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di Stasiun BNI 46 Dukuh Atas dan Terowongan Kendal. Keberadaan Citayam Fashion Week pun menuai banyak komentar dari berbagai lapisan masyarakat.
Menurut Derajat Sulistyo Widhyarto, selaku Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Kemunculan anak muda yang menggunakan area publik di pusat kota sebagai lokasi unjuk ekspresi serta memilih gaya busana sebagai pilihan budaya baru justru sangat brilian. Ekspresi melalui gaya busana menjadi bagian dari budaya yang bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Anak muda ini berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah. Mereka seakan menunjukkan perlawanan arus fenomena budaya konsumerisme dan pamer kemewahan yang ditunjukkan para pegiat media sosial dan influencer. “Para anak muda ini memang kalah bertarung dengan kaum muda menengah ke atas yang sudah masuk ruang bisnis kota. Maka Citayam hadir sebagai representasi kaum muda menengah ke bawah dan menjadi bagian dari eksistensi baru mereka dalam mengisi ruang kota dan sekaligus pembentuk budaya muda kota,” ujar Derajat.
Bahkan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, ikut mengapresiasi kreativitas anak-anak muda dan menawarkan kerja sama berupa beasiswa dan pembekalan.
“Citayam Fashion Week menjadi buah bibir dalam beberapa minggu terakhir dan dari awal kami menyikapi dengan memberikan apresiasi karena ini anak-anak muda masa depan generasi penerus yang secara inovatif menampilkan karya-karya fesyen yang dikombinasikan penuh atraktif dan menghiasi beberapa spot yang memang disiapkan untuk culture tourism,” ujar Pak Sandi. Dengan adanya tawaran beasiswa ini, Sandiaga berharap agar para anak muda bisa mempunyai kemampuan yang potensial untuk dikembangkan. Selain itu, Sandiaga juga berharap agar mereka bisa menjadi penghubung desa-desa wisata kreatif.
Meskipun demikian, Citayam Fashion Week memiliki segudang sisi gelap yang tak terungkap di mata masyarakat. Beberapa pihak melihat adanya dampak negatif terhadap fenomena tersebut, misalnya anak muda cuek akan lingkungan sekitar, tidur di jalan, sering ditegur oleh Satpol PP, melewati aturan nongkrong yang diatur Pemerintah, yaitu jam 22.00, dan rawan pergaulan bebas.
Oleh karena itu, orang dewasa tidak boleh acuh dalam membimbing para remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri agar tidak melakukan aksi-aksi yang meresahkan masyarakat. Untuk melakukan pengurangan dampak negatif, perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak, utamanya pemerintah. Upaya kerja sama ini utamanya untuk mengedukasi, mengarahkan, dan mendampingi kepada para remaja agar komunitas ini tetap berlangsung, tetapi dengan mengurangi dampak buruk.
(ML/SEL)
You may also like
-
Networking untuk Mahasiswa: Menciptakan Peluang Melalui Koneksi
-
Menabung Cerdas: Persiapan Liburan Akhir Tahun yang Menyenangkan
-
Lindungi Dirimu di Dunia Maya: Tips Jitu agar Tetap Aman!
-
Don’t Be the Next Victim: Learn How to Avoid Catfishing
-
Mengenal Tanaman Hidroponik: Cara Bercocok Tanam Modern tanpa Tanah