Sumber: Sariksa.com
Secara umum, job crafting dapat diartikan sebagai usaha seorang pegawai untuk mengubah batas-batas pekerjaan, hubungan kerja, dan makna kerja untuk kepentingan atau kenyamanan pegawai tersebut.
Job crafting juga dapat berarti kemampuan karyawan untuk mendesain ulang pekerjaan atas inisiatif mereka sendiri, dengan atau tanpa keterlibatan manajemen. Hal ini membuat pekerjaan karyawan lebih mudah dan menyenangkan karena tuntutan dan sumber daya pekerjaan sesuai dengan keterampilan dan kebutuhan karyawan.
Amy Wrzesnievsky, seorang peneliti dan profesor di Universitas Yale, mengatakan bahwa dengan perubahan kecil, kebencian sebenarnya dapat berubah menjadi cinta di tempat kerja. Dia menyebutnya dengan “Job Crafting”.
“Salah satu hal menarik tentang job crafting adalah tidak hanya mengubah cara kita berpikir tentang pekerjaan, tetapi juga mengubah kebiasaan kita,” kata Amy.
Penciptaan pekerjaan (job crafting) dapat dilakukan dengan cara yang ekstrim dan langsung, misalnya ketika menghadap ke manajer HRD dengan tujuan untuk meminta dipindahkan ke departemen lain yang sesuai dengan keinginan kita.
Namun, perubahan sederhana dapat memiliki dampak yang signifikan juga. Misalnya, dua karyawan yang bekerja di layanan pelanggan. Seorang karyawan menggambarkan pekerjaannya sebagai pelayan dari pelanggan yang aneh dan suka mengeluh, sedangkan karyawan lain menjelaskan pekerjaan tersebut dapat membuat mereka sadar bahwa segalanya akan lebih baik.
“Kedua pendekatan itu berbeda. Mereka juga berinteraksi dengan pelanggan secara berbeda dan memiliki pengalaman kerja yang sangat berbeda,” katanya.
Sumber: edgecumbe.co.uk
Job craft memiliki tiga aspek yang perlu diketahui. Pertama, ubah “jumlah, jenis, atau sifat pekerjaan”. Kedua, adanya keterampilan kognitif yang membuat kita harus mengubah pandangan mengenai cara tugas dan makna di balik setiap tugas. Terakhir adalah relational craft, yang mengubah gaya interaksi pada posisi pekerjaan saat ini.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi job crafting. A. Wrzesniewski dan J.E. Dutton menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat memengaruhi job crafting dari seorang karyawan adalah:
- Kebutuhan akan Kendali Pribadi
Kebutuhan ini sangat mendasar untuk tetap mengendalikan berbagai aspek pekerjaan. Karyawan terlibat langsung dalam job crafting untuk mengelola pekerjaan mereka sehingga hal tersebut yang dapat membantu karyawan dalam mempertahankan minat dan motivasi di tempat kerja.
- Bangun Citra Diri yang Positif
Karyawan termotivasi untuk menciptakan citra diri yang positif di tempat kerja. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan citra diri positif saat bekerja. Karyawan juga termotivasi untuk melindungi dan memperkuat citra diri mereka dengan merancang tempat kerja yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Kebutuhan akan Interaksi Sosial
Kebutuhan dasar karyawan adalah berinteraksi dengan orang lain. Ini membantu menciptakan identitas kerja yang lebih positif dan meningkatkan makna pekerjaan. Selain itu, dapat meningkatkan pekerjaan yang sesuai untuk membantu perusahaan.
Selain aspek dan faktor yang memengaruhi, atasan dan manajer juga dapat memfasilitasi job crafting dalam tim untuk membantu karyawan menemukan makna baru dalam pekerjaannya. “Anda bisa melakukan perubahan dengan melihat penilaian kinerja manajer,” ujarnya. Penasihat karier, Dara Blaine, mengingatkan bahwa job crafting bisa berhasil jika semua orang tahu apa yang dibutuhkan oleh perusahaan. (RDF/AIV)
You may also like
-
Management Event: Talkshow Prestasi 2024
-
International Community Service//DIGITAL SKILLS WORKSHOP FOR ADULTS: MASTERING THE BASICS OF TECHNOLOGY IN THE DIGITAL AGE
-
Simak Rangkaian Kegiatan PAS 1 PKKMB E&A 2024
-
PKKMB UNJ 2024/2025 jadi Momen Bersejarah dengan UNJ Resmi Berstatus PTNBH
-
Mempererat Koneksi: Kunci Sukses di Dunia Kerja