NASA mengungkapkan bahwa pada puncak siklus 11 tahunnya yang dijadwalkan terjadi pada tahun 2025, aktivitas lontaran massa korona (CME) atau badai matahari berpotensi meningkat. Dampak dari lontaran massa korona tersebut akan berdampak pada layanan yang telah menjadi bagian penting dari kehidupan manusia saat ini, seperti sinyal satelit, komunikasi radio, internet, navigasi GPS, dan jaringan listrik. Jika akses internet terganggu oleh badai matahari, sektor teknologi diperkirakan akan mengalami dampak yang signifikan.
Walaupun potensi kiamat internet akibat badai matahari sangat kecil, sebuah penelitian menunjukkan bahwa ancaman tersebut tidak boleh diabaikan begitu saja. Menurut sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2021, Sangeetha Abdu Jyothi, seorang pakar ilmu komputer dari University of California, menyimpulkan bahwa terdapat kemungkinan antara 1,6% hingga 12% terjadinya gangguan jangka panjang dalam dekade mendatang akibat badai matahari.
Sumber: detik.com
Potensi risiko kiamat internet dapat memiliki dampak ekonomi yang lebih tinggi di Amerika Serikat daripada di wilayah Asia, dengan perkiraan kerugian hingga mencapai USD 7 miliar per hari. Selama beberapa tahun terakhir, NASA terus berupaya mencari solusi untuk mengatasi ancaman potensial kiamat internet yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2025. Salah satu langkah yang diambil adalah meluncurkan wahana antariksa pada tahun 2018 yang bertujuan untuk mendekati permukaan matahari.
Wahana antariksa tersebut memiliki misi untuk mengumpulkan data penting tentang matahari yang akan memberikan pemahaman baru bagi para peneliti, termasuk bagaimana angin matahari mencapai kecepatan supersonik dan dampaknya terhadap sistem cuaca di luar angkasa. Selain itu, NASA juga telah menciptakan model komputer baru yang menggabungkan kecerdasan buatan dan data satelit. Diharapkan, teknologi ini dapat berfungsi sebagai sistem peringatan bagi manusia di bumi dengan memberikan peringatan 30 menit sebelum terjadinya peristiwa yang berkaitan dengan badai matahari.
Sumber: kompas.com
Namun, kiamat internet ini dibantah oleh dosen di Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) yang menyatakan bahwa prediksi mengenai kiamat internet atau hilangnya sinyal internet secara keseluruhan akibat badai matahari tidak sepenuhnya benar. Hal ini dikarenakan tidak semua sistem telekomunikasi dan internet akan terpengaruh oleh badai matahari. Menurutnya, komunikasi melalui serat optik (fiber optic) tetap dapat berfungsi seperti biasa. Serat optik adalah teknologi layanan internet yang mentransmisikan sinyal melalui kabel. “Namun, kemungkinan kapasitas yang dapat ditampung mungkin akan berkurang karena beberapa transmisi sinyal masih menggunakan satelit dan radio yang dapat terganggu saat terjadi badai matahari,” jelasnya. (SP/NBL)
You may also like
-
Viral Poster Ajakan Berobat ke Malaysia, Indonesia Rugi Triliunan?
-
TRAGIS! WALI KOTA MEKSIKO DIPENGGAL KEPALANYA TAK LAMA SETELAH MENJABAT
-
Persiapan Timnas Senior Indonesia Jelang Duel Sengit Melawan Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia!
-
Jalanan Jadi Ruang Asap: Bahaya Merokok Sambil Mengendarai Motor
-
Budaya Lawan Arus: Tantangan Besar Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia