Indahnya Berbagi dengan NADI

Oleh : Catharina*
Selayang Pandang
“NADI itu apa sih?” Mungkin masih
banyak yang bertanya-tanya soal ini. Jadi, di sini akan dijelaskan sedikit ya
tentang NADI.
Manfaat Dana Pendidikan atau
biasa disebut dengan NADI dulunya bernama PUNDI (Peduli Pendidikan). NADI
sebenarnya sudah ada sejak sekitar tahun 2006, namun sempat menghilang. Latar
belakang berdirinya NADI adalah karena banyaknya mahasiswa yang masuk UNJ tidak
mempunyai biaya untuk membayar kuliahnya sehingga akhirnya terpaksa
mengundurkan diri. Akhirnya pada saat itu pihak BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa),
rektorat, dan POM bekerja sama dan membantu pendirian NADI yang awalnya
ditujukan untuk mahasiswa baru.
Adanya perubahan nama dari PUNDI
ke NADI adalah karena adanya instruksi langsung dari departemen advokasi BEM
UNJ sehingga semua fakultas di UNJ menamai gerakan seperti ini dengan nama
NADI. NADI merupakan salah satu proker aliansi jurusan (EA, Manajemen, dan
Akuntansi) dan BEM FE UNJ. NADI merupakan dana yang dikumpulkan dari tiap
mahasiswa di fakultas untuk nantinya disalurkan bagi mahasiswa yang
membutuhkan. NADI adalah pinjaman yang bersifat lunak, artinya mahasiswa yang
membutuhkan dana dapat menggunakan NADI dan nantinya akan mengembalikan dana
NADI dengan kesepakatan bersama. Dengan adanya perubahan nama tersebut, maka
BEM FE UNJ merasa perlu untuk memperkenalkan NADI kepada mahasiswa FE UNJ.
Launching NADI FE UNJ
Nah, salah satu cara yang
dilakukan BEM FE UNJ untuk memperkenalkan NADI adalah dengan mengadakan
Launching NADI FE UNJ. Acara tersebut berlangsung pada Selasa, 24 April 2012 di
lantai satu UPT Perpustakaan UNJ dan dilaksanakan oleh teman-teman dari jurusan
dan BEM FE UNJ. Tujuan diadakannya Launching NADI FE UNJ ini adalah untuk
mensosialisasikan NADI kepada mahasiswa FE UNJ. Acara tersebut menghadirkan
para peserta dari mahasiswa FE UNJ dan turut mengundang ketua advokasi dari
tiap-tiap kelas di FE UNJ dari tahun 2009-2011 serta Pembantu Rektor 3 UNJ
yakni Bapak Dr. Fakhruddin Arbah, M.Pd.
Acara dimulai pada jam 13.00 WIB
dan diawali dengan sambutan dari PD 3. Setelah itu,  berlanjut pada sosialisasi NADI yang diwakili oleh Putri Setya R
selaku kepala departemen Advokasi BEM FE UNJ. Dalam sosialisasi ini dijelaskan
dari mana sumber NADI diperoleh, bagaimana penarikan dana NADI, dan bagaimana
menyalurkan dana NADI tersebut.
Sumber dana NADI diperoleh secara
internal dan eksternal. Secara internal, penarikan dana dilakukan dengan cara
yang dikenal sebagai GASEBU atau gerakan seribu yang ditarik setiap pekan.
Sedangkan secara eksternal, dana NADI diperoleh dari pengajuan proposal kepada
alumni serta bapak dan ibu dosen FE UNJ, dan dari pihak luar.
Teknis Pelaksanaan NADI
Teknis penarikan dana NADI dapat
dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
Sosialisasi NADI ke advo club
-> Penggalangan GASEBU oleh ketua advokasi kelas tiap pekannya ->
Penyerahan uang kepada panitia advokasi -> Publikasi transparansi dana
setiap pekan lewat mading atau jaringan social media -> Pelaporan keuangan
seiap bulan.
Penyaluran dana NADI terbagi
menjadi dua, yaitu untuk mahasiswa baru dan untuk mahasiswa lama.
Untuk Mahasiswa Baru
Lapor di stand pengaduan pada
saat MPA dan mengisi formulir pengaduan -> Interview dengan panitia advokasi
-> Konfirmasi oleh panitia advokasi -> Pencairan dana.
Mahasiswa Lama
Lapor ke ketua advokasi kelas,
call center advokasi, BEM FE UNJ, atau HMJ masing-masing jurusan -> Mengisi
formulir pengaduan -> Interview -> Konfirmasi -> pengumpulan berkas
yang diperlukan -> Pencairan dana.
Setelah sosialisasi singkat,
acara berlanjut dengan “Share for Care
in NADI, One for All and All for One”
dengan pembicara Sajar Budi Prasetyo.
Di sini kita tahu, bagaimana kondisi teman-teman kita di UNJ. Ternyata masih
banyak dari mereka yang kesulitan membayar biaya kuliah. Misalnya saja
mahasiswa PGSD UNJ yang rela meminjam uang ke renternir untuk membayar biaya
kuliahnya. Lalu mahasiswa FIS yang rela menggadaikan surat rumahnya demi bisa
tetap kuliah. Kemudian ada mahasiswa FE yang ibunya rela mengamen demi
membiayai kuliah anaknya, mahasiswa FT yang meminjam uang pada temannya, sampai
mahasiswa yang menggadaikan laptopnya hanya demi membayar biaya kuliah. Betapa
ironis memang mengetahui bahwa beasiswa yang harusnya mampu membantu mereka
yang membutuhkan, justru malah tidak tepat sasaran. Sangat disayangkan!
Dan sebelum menutup rangkaian
acara kedua ini, Sajar memberikan nasehat yang sangat bijak kepada kita.
“Jangan pernah takut harta berkurang saat kamu mengamalkan uangmu. Karena
sesungguhnya, akan ada hal baik yang justru akan kamu peroleh.” Ya, benar
sekali. Kita bisa membeli BB, bisa membeli pulsa cuma untuk update status, dan  bisa main futsal dengan menyewa lapangan yang
tidak murah. Tapi kenapa kita tidak bisa mengamalkan uang seribu rupiah sepekan
untuk membantu teman-teman kita? Betul kan?!
Rangkaian acara yang terakhir
dari Launching NADI FE UNJ adalah Talkshow
dengan pembicara Bapak Uded Darusalam S.Pd (kasubag kemahasiswaan FE UNJ),
Dio Sudiarto ( ketua TPM UNJ 2011/2012), dan Epong Utami ( staff advokasi BEM
UNJ 2011/2012). Dalam kesempatan tersebut, ketiga pembicara menjawab beberapa
pertanyaan dari moderator.  Naiknya biaya
kuliah misalnya, diungkapkan oleh Pak Uded disebabkan karena naiknya biaya
peralatan, biaya listrik serta biaya sarana dan prasarana lainnya yang
mendukung proses pembelajaran.
Mengenai masalah beasiswa yang
belum tepat sasaran, Pak Uded dan Dio memiliki pandangan yang hampir sama. Pak
Uded mengatakan bahwa para dekanat yang terkait dengan masalah tersebut telah
menerapkan prosedur yang benar dalam memilih siapa-siapa saja yang pantas
menerima beasiswa, dengan mengharuskan menyertakan surat keterangan tidak mampu
dari kelurahan. Namun dalam proses pembuatan surat keterangan tidak mampu
itulah diindikasikan adanya kecurangan-kecurangan sehingga beasiswa yang
diterima masih belum semuanya tepat sasaran. Pak Uded juga menambahkan,
banyaknya mahasiswa yang gengsi menjadi salah satu penyebab kurang tepatnya
sasaran dari beasiswa itu sendiri. “Banyak mahasiswa yang harga dirinya tinggi,
tapi ga mampu. Seringkali orang yang bersangkutan tidak mau datang pada saya.
Ada juga yang tidak mau menerima dana NADI karena malu. Inilah yang membuat
beasiswa kita tidak tepat sasaran.” Jelas Pak Uded. Begitu juga dengan Dio yang
berpendapat bahwa beasiswa (kecuali bidik misi) memang belum semuanya tepat
sasaran. Namun dia yakin tidak ada kesengajaan dari pihak-pihak dekanat.
Sementara itu, Epong, sebagai
seseorang yang pernah menerima dana NADI menceritakan pengalamannya kepada para
peserta yang hadir di sana. “Dulu saya tahu ada gerakan semacam ini dari
senior, tapi bukan dari UNJ,” tegasnya. “Setelah tahu, saya pun mencari
informasi ke stand BEM UNJ, melapor, dan akhirnya berhasil mendapatkan dana
NADI tersebut,” lanjut Epong.
Sebagai gerakan yang bertujuan
untuk membantu mahasiswa yang kurang mampu dalam membiayai kuliahnya, NADI
tentu mengalami hambatan-hambatan untuk bisa berjalan dengan baik. Menurut Dio,
hambatan-hambatan yang dialami NADI adalah kurangnya transparansi dan
publikasi. Belum transparannya dana NADI membuat beberapa pihak tidak yakin
akan keberhasilan NADI. Sedangkan kurangnya pengetahuan mahasiswa mengenai NADI
membuat banyak mahasiswa enggan dan bahkan takut untuk menjadi peserta NADI.
Selain itu, kurangnya SDM, baik dari jurusan maupun BEM membuat jalannya NADI
sedikit tersendat.
Di penghujung acara, ketiga
pembicara tidak lupa untuk memberikan saran-sarannya bagi keberhasilan NADI
kedepannya. “Setelah acara ini, sebaiknya publikasi mengenai NADI tetap
dikobarkan sehingga mahasiswa tidak hanya tahu tapi mau membaca informasi yang
diberikan. Selain itu, perlu dibuat perkumpulan dari ketua advokasi kelas untuk
menginformasikan kepada teman-teman sekelasnya tentang penyaluran dana NADI dan
transparansinya,” ungkap Epong. Sementara Dio hanya menyambung saran dari Epong
bahwa NADI merupakan dana bersama sehingga harus ada pertemuan rutin untuk
mengawasi prosesnya. Dan terakhir Pak Uded menambahkan agar pengelolaan dana
NADI ditata lebih baik lagi.
Yah, semoga dana NADI akan tetap
ada sehingga dapat terus membantu teman-teman kita yang membutuhkan. Bukan
hanya jurusan dan BEM saja yang berperan penting, tapi juga kita sebagai
mahasiswa UNJ. Jadi, sisihkan uang kita seribu rupiah setiap pekannya untuk
dana NADI. Kalau bukan kita, siapa lagi??! NADI, One for All and All for One! Dari
mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa! Hidup Beasiswa Indonesia!
*Staf subdepartemen editor EC
2012

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

da pa checker
Extrabet casino ve güncel giriş
kumar siteleri
deneme bonusu veren siteler
deneme bonusu veren siteler
casibom
Matbet
misbahis giriş, misbahis güncel adres
jokerbet
matbet
casibom giriş