Oleh: Indiana Shinta Dewi
Kartini, tentunya kita tau betul
siapa sosok perempuan ini. Pahlawan nasional yang harum namanya sampai
sekarang. Kartini tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan memiliki kemauan kukuh
untuk memerdekakan kaumnya ditengah aturan tradisi yang begitu kuat
membelenggu.
siapa sosok perempuan ini. Pahlawan nasional yang harum namanya sampai
sekarang. Kartini tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan memiliki kemauan kukuh
untuk memerdekakan kaumnya ditengah aturan tradisi yang begitu kuat
membelenggu.
Saya teringat cerita sejarah Kartini,
dimana ia harus mengalami cercaan dan pertentangan dari keluarga besarnya
sendiri. Untung
saja, masih ada tokoh-tokoh yang besar peranannya dalam mendukung Kartini
supaya bisa mewujudkan mimpinya.
dimana ia harus mengalami cercaan dan pertentangan dari keluarga besarnya
sendiri. Untung
saja, masih ada tokoh-tokoh yang besar peranannya dalam mendukung Kartini
supaya bisa mewujudkan mimpinya.
Kita patut
bersyukur karena sekarang, perempuan bebas
mengekspresikan keinginan serta cita-citanya. Kita bisa menikmati pendidikan
dan boleh menempati berbagai profesi, termasuk menjadi presiden. Roda zaman telah berputar
kearah perubahan, terus menerus.
bersyukur karena sekarang, perempuan bebas
mengekspresikan keinginan serta cita-citanya. Kita bisa menikmati pendidikan
dan boleh menempati berbagai profesi, termasuk menjadi presiden. Roda zaman telah berputar
kearah perubahan, terus menerus.
Tentunya masalah kaum perempuan
masa kini pun berbeda dengan kaum kartini dulu. Apalagi, pengaruh globalisasi
yang kebarat-baratan itu semakin cepat mempengaruhi sikap dan pola pikir
perempuan di Negeri kita. Tidak heran kalau adat yang dulu memiliki banyak
peraturan bagi kaum perempuan serta membatasi ruang lingkup gerak gerik mereka,
perlahan mulai diabaikan. Ini semua karena kita sadar betul, sudah ada emansipasi.
masa kini pun berbeda dengan kaum kartini dulu. Apalagi, pengaruh globalisasi
yang kebarat-baratan itu semakin cepat mempengaruhi sikap dan pola pikir
perempuan di Negeri kita. Tidak heran kalau adat yang dulu memiliki banyak
peraturan bagi kaum perempuan serta membatasi ruang lingkup gerak gerik mereka,
perlahan mulai diabaikan. Ini semua karena kita sadar betul, sudah ada emansipasi.
Karenanya, sosok Kartini masa kini tentu memiliki masalah serta sikap yang berbeda
dalam melakukan perjuangan membela kaum perempuan. Kalau dulu erat kaitannya
dengan pendidikan namun sekarang lebih kepada masalah moral dan perbedaan
persepsi mengenai emansipasi itu sendiri.
dalam melakukan perjuangan membela kaum perempuan. Kalau dulu erat kaitannya
dengan pendidikan namun sekarang lebih kepada masalah moral dan perbedaan
persepsi mengenai emansipasi itu sendiri.
Menurut saya,
penindasan yang masih dialami perempuan yaitu pelecehan seksual. Perempuan
masih dijadikan sasaran bagi kaum laki-laki. Perempuan masih dianggap lemah dan
disepelekan karena bentuk fisiknya. Perempuan masih harus menerima profesi yang
dianggap itu hanya perempuan yang pantas melakukannya, seperti pembantu rumah
tangga.
penindasan yang masih dialami perempuan yaitu pelecehan seksual. Perempuan
masih dijadikan sasaran bagi kaum laki-laki. Perempuan masih dianggap lemah dan
disepelekan karena bentuk fisiknya. Perempuan masih harus menerima profesi yang
dianggap itu hanya perempuan yang pantas melakukannya, seperti pembantu rumah
tangga.
Tetapi yang lebih
membingungkan lagi, masih banyak perempuan pula yang menjatuhkan protes pada
kaum laki-laki jika mereka dinobatkan sebagai kepala rumah tangga ataupun
mengerjakan pekerjaan kaum lelaki.
membingungkan lagi, masih banyak perempuan pula yang menjatuhkan protes pada
kaum laki-laki jika mereka dinobatkan sebagai kepala rumah tangga ataupun
mengerjakan pekerjaan kaum lelaki.
Disini, kita bisa melihat kalau
kesetaraan gender atau emansipasi
di Indonesia masihlah belum terlaksana
secara sempurna. Masalah terkait
perempuan tidak berhenti dalam lingkup itu saja, masih banyak hal-hal yang di
sebut sebagai penindasan bagi kaum kita.
kesetaraan gender atau emansipasi
di Indonesia masihlah belum terlaksana
secara sempurna. Masalah terkait
perempuan tidak berhenti dalam lingkup itu saja, masih banyak hal-hal yang di
sebut sebagai penindasan bagi kaum kita.
Saya pernah datang
dan melihat buku-buku terkait kaum kita di Jurnal Perempuan. Jurnal ini ada
untuk memperjuangkan hak kaum perempuan dan membela mereka yang tertindas karena
ketidakadilan yang terjadi seperti pelecehan seksual, pemerkosaan, kekerasan
dalam rumah tangga, tenaga kerja Indonesia kaum perempuan, poligami dan masih
banyak macamnya.
dan melihat buku-buku terkait kaum kita di Jurnal Perempuan. Jurnal ini ada
untuk memperjuangkan hak kaum perempuan dan membela mereka yang tertindas karena
ketidakadilan yang terjadi seperti pelecehan seksual, pemerkosaan, kekerasan
dalam rumah tangga, tenaga kerja Indonesia kaum perempuan, poligami dan masih
banyak macamnya.
Dari sini, saya melihat
masih ada kepedulian dan perjuangan untuk menguak segala bentuk yang dianggap
sebagai ketidakadilan terhadap perempuan.
Apa kalian mengenal Ayu utami, Sri mulyani, Jenar Mas Ayu dan tentunya pendiri Jurnal Perempuan itu sendiri, Gadis Arifia. Inilah mereka, sosok
kartini masa kini. Mereka berusaha merubah pandangan kalau perempuan tidak lagi
menjadi objek, tetapi kita yang sekarang bisa jadi subjek.
masih ada kepedulian dan perjuangan untuk menguak segala bentuk yang dianggap
sebagai ketidakadilan terhadap perempuan.
Apa kalian mengenal Ayu utami, Sri mulyani, Jenar Mas Ayu dan tentunya pendiri Jurnal Perempuan itu sendiri, Gadis Arifia. Inilah mereka, sosok
kartini masa kini. Mereka berusaha merubah pandangan kalau perempuan tidak lagi
menjadi objek, tetapi kita yang sekarang bisa jadi subjek.
Dimana perempuan adalah
sosok yang mandiri, memiliki prinsip yang teguh dan tidak lemah. Perempuan bisa
menjaga dirinya, memilih jalan hidupnya dan menggapai cita-cita setinggi
mungkin. Namun, tidakkah lebih baik, kalau kita bisa lebih memperhatikan
masalah emansipasi atau kesetaraan gender itu sendiri? masalah lapuk yang semakin
gurih jika didiskusikan.
sosok yang mandiri, memiliki prinsip yang teguh dan tidak lemah. Perempuan bisa
menjaga dirinya, memilih jalan hidupnya dan menggapai cita-cita setinggi
mungkin. Namun, tidakkah lebih baik, kalau kita bisa lebih memperhatikan
masalah emansipasi atau kesetaraan gender itu sendiri? masalah lapuk yang semakin
gurih jika didiskusikan.
Yah, kita tentunya
perlu tahu, apa sebenarnya emansipasi dan apa batasan emansipasi yang bisa
dikatakan sebagai penindasan terhadap kaum perempuan? bagaimana emansipasi yang
baik diterapkan agar sesuai dengan landasan-landasan lain yang memang kita
pakai dalam kebudayaan Indonesia ini.
perlu tahu, apa sebenarnya emansipasi dan apa batasan emansipasi yang bisa
dikatakan sebagai penindasan terhadap kaum perempuan? bagaimana emansipasi yang
baik diterapkan agar sesuai dengan landasan-landasan lain yang memang kita
pakai dalam kebudayaan Indonesia ini.
Dengan itu, mungkin
masalah yang dituduh sebagai masalah bisa kita tetapkan dan bersama-sama kita
perjuangkan. Bukankah lebih baik jika pandangan kita menjadi satu persepsi?
Seperti halnya Kartini dulu yang bisa menguak persepsinya dan menyadarkan
orang-orang disekitarnya sehingga cita-cita ini terwujud dan berumur panjang.
masalah yang dituduh sebagai masalah bisa kita tetapkan dan bersama-sama kita
perjuangkan. Bukankah lebih baik jika pandangan kita menjadi satu persepsi?
Seperti halnya Kartini dulu yang bisa menguak persepsinya dan menyadarkan
orang-orang disekitarnya sehingga cita-cita ini terwujud dan berumur panjang.
You may also like
-
Memperingati Hari Disabilitas Internasional 2024, Langkah Nyata Menuju Ruang Publik Inklusif di Jakarta
-
Management Event: Talkshow Prestasi 2024
-
International Community Service//DIGITAL SKILLS WORKSHOP FOR ADULTS: MASTERING THE BASICS OF TECHNOLOGY IN THE DIGITAL AGE
-
Simak Rangkaian Kegiatan PAS 1 PKKMB E&A 2024
-
PKKMB UNJ 2024/2025 jadi Momen Bersejarah dengan UNJ Resmi Berstatus PTNBH