Oleh: Siti
Nur Wulan
Nur Wulan
Emansipasi. Istilah itulah yang
pasti bakal langsung terbesit disetiap pikiran orang bila mendengar nama Raden
Ajeng Kartini disebut. Memang, sosok wanita tangguh yang merupakan anak ke lima
dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A.Ngasirah ini tidak
bisa lepas dari kenyataan bahwa dialah salah satu juru kunci yang membawa
pembaruan pikiran kepada kaum wanita di bumi pertiwi ini. R.A.Kartini yang pada
jamannya, juga bahkan hingga di era modern ini masih dan akan terus dikenang di
penjuru negeri Indonesia sebagai sosok heroik bagi para kaum minoritas yang
selalu dinomor-duakan keeksistensiannya dan sumbangsihnya bahkan untuk mendapat
sebelah mata saja sangat jarang diperhitungkan, wanita.
pasti bakal langsung terbesit disetiap pikiran orang bila mendengar nama Raden
Ajeng Kartini disebut. Memang, sosok wanita tangguh yang merupakan anak ke lima
dari pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A.Ngasirah ini tidak
bisa lepas dari kenyataan bahwa dialah salah satu juru kunci yang membawa
pembaruan pikiran kepada kaum wanita di bumi pertiwi ini. R.A.Kartini yang pada
jamannya, juga bahkan hingga di era modern ini masih dan akan terus dikenang di
penjuru negeri Indonesia sebagai sosok heroik bagi para kaum minoritas yang
selalu dinomor-duakan keeksistensiannya dan sumbangsihnya bahkan untuk mendapat
sebelah mata saja sangat jarang diperhitungkan, wanita.
Apa sih emansipasi itu? Menurut
penuturan sang Kanjeng Raden, emansipasi itu merupakan tindakan yang
mengikutsertakan wanita kedalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat. Definisi
lain mengatakan emansipasi adalah tindakan penyamarataan hak bagi perempuan.
penuturan sang Kanjeng Raden, emansipasi itu merupakan tindakan yang
mengikutsertakan wanita kedalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat. Definisi
lain mengatakan emansipasi adalah tindakan penyamarataan hak bagi perempuan.
Terlepas dari
kenyataan bahwa sosok R.A.Kartini merupakan anak dari pejabat pada masanya,
kata “emansipasi” di era ini kian mengalami perluasan makna. Jika
dulu, kata emansipasi diasumsikan sebagai penyamarataan hak bagi kaum wanita,
kini seakan semuanya berlebih. Wanita, yang ditakdirkan untuk berparas jelita,
kini merasa bahwa dewasa ini adalah waktunya wanita memimpin, menjadi tulang
punggung dalam keluarga dan menjadi penopang diri sendiri atas segala senang
dan susah.
kenyataan bahwa sosok R.A.Kartini merupakan anak dari pejabat pada masanya,
kata “emansipasi” di era ini kian mengalami perluasan makna. Jika
dulu, kata emansipasi diasumsikan sebagai penyamarataan hak bagi kaum wanita,
kini seakan semuanya berlebih. Wanita, yang ditakdirkan untuk berparas jelita,
kini merasa bahwa dewasa ini adalah waktunya wanita memimpin, menjadi tulang
punggung dalam keluarga dan menjadi penopang diri sendiri atas segala senang
dan susah.
“Lalu kenapa kalau wanita menjadi
pemimpin? Salahkah?”. Tentu saja tidak. Sudah banyak contoh wanita yang dapat
menjadi pemimpin hebat. Di negeri ini pun sudah menjamur wanita-wanita yang
dapat memberdayakan orang-orang disekitarnya menjadi manusia bermanfaat.
Sungguh mulia bukan?
pemimpin? Salahkah?”. Tentu saja tidak. Sudah banyak contoh wanita yang dapat
menjadi pemimpin hebat. Di negeri ini pun sudah menjamur wanita-wanita yang
dapat memberdayakan orang-orang disekitarnya menjadi manusia bermanfaat.
Sungguh mulia bukan?
Jangan sampai melebihi kapasitas
dan kodrat sebagai wanita lah yang justru menjadi pokok perhatian. Pengekangan
untuk memenuhi ambisi tidak dibenarkan. Akan tetapi jangan sampai terlena dan
menjadi lupa daratan akan ambisi tersebut. Wanita masa kini cita-citanya bukan
saja hanya setinggi langit, tapi juga sebanyak ikan di lautan. Kepingin jadi
ini, kepingin jadi itu. Mau kesini, mau kesitu. Dan banyak lagi.
dan kodrat sebagai wanita lah yang justru menjadi pokok perhatian. Pengekangan
untuk memenuhi ambisi tidak dibenarkan. Akan tetapi jangan sampai terlena dan
menjadi lupa daratan akan ambisi tersebut. Wanita masa kini cita-citanya bukan
saja hanya setinggi langit, tapi juga sebanyak ikan di lautan. Kepingin jadi
ini, kepingin jadi itu. Mau kesini, mau kesitu. Dan banyak lagi.
Saat seorang gadis
yang duduk di sekolah menengah atas ditanya akan masa depannya, kemudian
jawabannya kira-kira akan seperti ini: “aku kepingin melanjutkan pendidikan ke
bangku kuliah terus nanti kerja. Punya uang banyak terus
bisa keliling dunia deh”. Atau seperti ini: “aku sih mau kerja dulu, bantuin
orang tua aku cari uang. Kepingin rasanya punya penghasilan sendiri, jadi kalau
mau beli apa-apa gak usah minta sama orang tua lagi”.
yang duduk di sekolah menengah atas ditanya akan masa depannya, kemudian
jawabannya kira-kira akan seperti ini: “aku kepingin melanjutkan pendidikan ke
bangku kuliah terus nanti kerja. Punya uang banyak terus
bisa keliling dunia deh”. Atau seperti ini: “aku sih mau kerja dulu, bantuin
orang tua aku cari uang. Kepingin rasanya punya penghasilan sendiri, jadi kalau
mau beli apa-apa gak usah minta sama orang tua lagi”.
Fenomena ini takkan bisa
terelakkan. Di satu sisi para remaja sudah bisa mengambil keputusan sendiri
untuk menentukan masa depannya. Di sisi lain, tanpa sadar mereka menempatkan
diri mereka menjadi sesosok manusia yang akan melakukan apa saja untuk memenuhi
kesenangan sesaat. Sungguh ironis rasanya jika mengingat mereka melakukan hal
itu dengan mengatasnamakan kata emansipasi. Padahal emansipasi yang
diperkenalkan sang Kanjeng Raden, tidaklah sama sekali seperti itu. Bukan hanya
untuk meraih kesenangan semata dan untuk merasa diatas angin karena telah
menjadi sesosok wanita yang katanya modern, melainkan untuk memperjuangkan
hak-hak asasi sebagai seorang wanita.
terelakkan. Di satu sisi para remaja sudah bisa mengambil keputusan sendiri
untuk menentukan masa depannya. Di sisi lain, tanpa sadar mereka menempatkan
diri mereka menjadi sesosok manusia yang akan melakukan apa saja untuk memenuhi
kesenangan sesaat. Sungguh ironis rasanya jika mengingat mereka melakukan hal
itu dengan mengatasnamakan kata emansipasi. Padahal emansipasi yang
diperkenalkan sang Kanjeng Raden, tidaklah sama sekali seperti itu. Bukan hanya
untuk meraih kesenangan semata dan untuk merasa diatas angin karena telah
menjadi sesosok wanita yang katanya modern, melainkan untuk memperjuangkan
hak-hak asasi sebagai seorang wanita.
Disaat generasi
“kartini masa kini” yang mendapat kenikmatan untuk hidup di kota metropolitan
dapat bermegah-megahan, dapat menjangkau setiap akses dengan mudah, mendapat
sorotan dari dalam dan luar negeri atas pergerakan dimana-mana, pada waktu yang
sama, generasi “kartini masa kini” yang hidupnya nun jauh di pelosok negeri bahkan
tidak bisa untuk menjelaskan untuk apa mereka hidup. Mereka
hanya tahu mereka punya hutan dan lautan dan segala yang ada didalamnya untuk
membuat mereka tidak tersiksa kelaparan.
“kartini masa kini” yang mendapat kenikmatan untuk hidup di kota metropolitan
dapat bermegah-megahan, dapat menjangkau setiap akses dengan mudah, mendapat
sorotan dari dalam dan luar negeri atas pergerakan dimana-mana, pada waktu yang
sama, generasi “kartini masa kini” yang hidupnya nun jauh di pelosok negeri bahkan
tidak bisa untuk menjelaskan untuk apa mereka hidup. Mereka
hanya tahu mereka punya hutan dan lautan dan segala yang ada didalamnya untuk
membuat mereka tidak tersiksa kelaparan.
Sungguh, emansipasi
di negeri ini belumlah mencapai apa yang diimpikan oleh R.A.Kartini. Dengan
segala pengupayaan dan perjuangan, R.A.Kartini tentu berharap bahwa generasi
penerus akan lebih mampu menciptakan wanita-wanita pribumi menjadi lebih dari
sekedar merdeka atas hak persamaan.
di negeri ini belumlah mencapai apa yang diimpikan oleh R.A.Kartini. Dengan
segala pengupayaan dan perjuangan, R.A.Kartini tentu berharap bahwa generasi
penerus akan lebih mampu menciptakan wanita-wanita pribumi menjadi lebih dari
sekedar merdeka atas hak persamaan.
Emansipasi bukanlah tentang
bagaimana menjadi “lebih” atau menjadi “yang terdepan” dari yang lain.
Emansipasi adalah persamaan hak. Baik itu hak antara laki-laki dan perempuan,
maupun perempuan dengan perempuan.
bagaimana menjadi “lebih” atau menjadi “yang terdepan” dari yang lain.
Emansipasi adalah persamaan hak. Baik itu hak antara laki-laki dan perempuan,
maupun perempuan dengan perempuan.
Dan apabila kejadian diatas
merupakan fakta yang terjadi, sudahkah terealisasi emansipasi di negeri ini?
merupakan fakta yang terjadi, sudahkah terealisasi emansipasi di negeri ini?
Menjadi tugas kita
bersamalah untuk mewujudkan cita-cita yang bukan hanya sekedar cita-cita dari
R.A.Kartini tetapi juga merupakan cita-cita dari negeri Indonesia tercinta ini
untuk menjadikan negara ini beserta orang-orang didalamnya menjadi
manusia-manusia hebat yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan
bersama.
bersamalah untuk mewujudkan cita-cita yang bukan hanya sekedar cita-cita dari
R.A.Kartini tetapi juga merupakan cita-cita dari negeri Indonesia tercinta ini
untuk menjadikan negara ini beserta orang-orang didalamnya menjadi
manusia-manusia hebat yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan
bersama.
Jadi, sosok kartini
masa kini semestinya adalah perwujudan dari kata emansipasi yang telah
digaungkan R.A.Kartini sejak lebih dari satu abad lalu.
masa kini semestinya adalah perwujudan dari kata emansipasi yang telah
digaungkan R.A.Kartini sejak lebih dari satu abad lalu.
Tidak ada lagi kesenjangan sosial
yang curam bagi sesama wanita di Indonesia. Tidak ada lagi saling iri dan
membodohi diri sendiri dengan menjadi hedonis. Pemberdayaan wanita harus segera
dilancarkan. Itulah emansipasi dan itulah gambaran yang didambakan untuk
terdapat dalam sosok kartini masa kini.
yang curam bagi sesama wanita di Indonesia. Tidak ada lagi saling iri dan
membodohi diri sendiri dengan menjadi hedonis. Pemberdayaan wanita harus segera
dilancarkan. Itulah emansipasi dan itulah gambaran yang didambakan untuk
terdapat dalam sosok kartini masa kini.
Sekian
Saya adalah Siti
Nur Wulan. Lahir 20 tahun lalu, tepatnya 07 Agustus 1993 di Jakarta. Membaca,
berpergian dan mengambil sketsa dari lingkungan sekitar menggunakan kamera
kesayangan adalah kegemaran saya. Saya merupakan mahasiswi dari program studi
Sekretari, FE UNJ 2013. Belum pernah mengikuti perlombaan menulis, tapi tidak
ingin penasaran karna tidak ada kemauan untuk mengikutinya. Saya menyukai novel
jenis apapun. Oleh karna itu sempat melintas dipikiran saya untuk mencoba
menjadi penulis. Tapi ingat, “menjadi” tidak boleh coba-coba.
Nur Wulan. Lahir 20 tahun lalu, tepatnya 07 Agustus 1993 di Jakarta. Membaca,
berpergian dan mengambil sketsa dari lingkungan sekitar menggunakan kamera
kesayangan adalah kegemaran saya. Saya merupakan mahasiswi dari program studi
Sekretari, FE UNJ 2013. Belum pernah mengikuti perlombaan menulis, tapi tidak
ingin penasaran karna tidak ada kemauan untuk mengikutinya. Saya menyukai novel
jenis apapun. Oleh karna itu sempat melintas dipikiran saya untuk mencoba
menjadi penulis. Tapi ingat, “menjadi” tidak boleh coba-coba.
You may also like
-
Management Event: Talkshow Prestasi 2024
-
International Community Service//DIGITAL SKILLS WORKSHOP FOR ADULTS: MASTERING THE BASICS OF TECHNOLOGY IN THE DIGITAL AGE
-
Simak Rangkaian Kegiatan PAS 1 PKKMB E&A 2024
-
PKKMB UNJ 2024/2025 jadi Momen Bersejarah dengan UNJ Resmi Berstatus PTNBH
-
Mempererat Koneksi: Kunci Sukses di Dunia Kerja