Bulutangkis Indonesia: Riwayatmu
kini

Source: 101.0 Jak FM

Ketika
kita kembali memutar waktu pada era 1960-an dimana ada satu cabang olahraga
yang melahirkan atlet harapan Indonesia, atlet dengan sejuta talenta yang
membawa nama harum Indonesia lebih dikenal dalam kancah dunia. Ya, bulutangkis. 
Era
1960-1970an boleh disebut sebagai masa kejayaan Bulutangkis Indonesia, dimana
nama Rudy Hartono berhasil tercatat dalam Guinness Book of World Record sebagai
atlet bulutangkis pemegang rekor juara All England selama 8 kali. Rasa bangga
sudah pasti dirasakan bangsa yang haus akan prestasi ini.
Tetapi,
pada era 1980-an China dan Denmark mulai menggoyahkan Indonesia dengan
kebangkitan bulutangkisnya. Sampai pada akhirnya, di era ini Indonesia hanya
sekali menyabet gelar juara di All England dengan pencapaian Liem Swie King.
Tak lupa pula ada Icuk Sugiarto yang menambah panjang deret prestasi Indonesia.
Padamnya
kejayaan Bulutangkis kita tak bertahan lama. Selang era 80-an, yaitu 90-an
Bulutangkis Indonesia mulai memancarkan cahayanya kembali. Hal ini ditandai
dengan munculnya pahlawan olahraga kita yang berhasil membawa emas pertama
kalinya untuk Indonesia dalam Olimpiade Barcelona. Ialah, Susi Susanti dan Alan
Budikusuma. Siapa yang tidak mengenal dua legend Indonesia tersebut. Dua atlet
yang sekarang menjadi pasangan suami istri tersebut berhasil membangkitkan
nasionalisme bulutangkis Indonesia dalam kemenangannya di partai tunggal putra
dan tunggal putri.
Tak
selang berapa lama, munculah era baru di akhir 90-an. Dimana Indonesia mulai
mengenal sosok atlet muda berbakat yang muncul karna kiprah prestasinya. Ya,
siapa yang tak tahu sosok Taufik Hidayat. Debutnya dalam SEA Games dan Asian
Games mulai diperhatikan khalayak masyarakat. Ia mulai dipertimbangkan dalam
perbulutangkisan nasional maupun internasional. 
 

Bulutangkis di era 1990 hingga 2000-an
Banyak
sekali sebenarnya prestasi Indonesia dalam cabang olahraga ini. Tetapi,
beberapa tahun belakangan ini prestasi bulutangkis kita semakin menurun.
Meskipun begitu, kesedihan masyarakat sedikit terhibur oleh kemenangan yang
diraih Tontowi Ahmad-Lilyana Natsir 3 tahun berturut-turut dalam ajang
bergengsi All England. Namun, yang sangat disayangkan di tahun ke 4 mereka
gagal mempertahankan podium tertinggi di partai ganda campuran tersebut.
Sebenarnya
apa yang menyebabkan penurunan prestasi secara drastis dalam bulutangkis kita?
Apakah mungkin mental pemain muda yang tidak sebaja pemain pemain lama? Ataukah
sokongan pemerintah dalam bulutangkis tidak memadai? Hal tersebutlah yang
mungkin sampai saat ini belum dapat terjawab.
Banyak
sekali faktor yang mungkin mempengaruhi perkembangan bulutangkis kita. Entah
faktor itu dari eksternal maupun internal. Yang pasti, landasan pokok untuk setiap
keberhasilan adalah mental dan kedisiplinan. Kemauan untuk berlatih, belajar
dari kesalahan dan doa yang kuat juga menjadi sebuah kunci keberhasilan.
Harapan
untuk Bulutangkis Indonesia kedepannya semoga pemerintah bisa lebih konsentrasi
dalam pemberdayaan para atlet demi kegemilangan prestasi Bulutangkis Indonesia.
Kesejahteraan mantan atlet juga harus lebih diperhatikan. Dukungan dan doa masyarakat
pun dapat menjadi penambah gairah atlet untuk kedepannya lebih baik lagi dalam
meraih kegemilangan dan mengharumkan nama bangsa. 
Berharap Indonesia akan berjaya kembali Kejuaraan dunia BWF 2015 seperti di Kejuaraan dunia BWF 2013. Kejuaraan dunia BWF 2015 akan diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta pada Agustus mendatang. Sebagai tuan rumah, sudah selayaknya Indonesia menapatkan hasil terbaik untuk kejuaraan bergengsi ini. Maju terus Bulutangkis
Indonesia. Kepakkan sayap garudamu setinggi-tingginya. Bulutangkis, Jaya!
Indonesia, Juara! (ANR)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

news
da pa checker
1xCasino
jojobet giriş