Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the temporary-login-without-password domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/u702772576/domains/econochannelfeunj.com/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Ansor Day Festival (Millenial Indonesia: Creative, Religious and Nationalist) - Econo Channel

Ansor Day Festival (Millenial Indonesia: Creative, Religious and Nationalist)

  Sabtu, 29 April 2017, telah diadakan seminar sekaligus perayaan hari lahirnya Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang diselenggarakan di Aula Maftuchah Yusuf, Gedung Dewi Sartika lantai 2, Universitas Negeri Jakarta. Seminar ini dihadiri oleh Yaqut Cholil Qoumas selaku ketua umum GP Ansor dan tujuh pembicara hebat lainnya, diantaranya Hasanuddin Ali selaku CEO Alvara, Nuruzzaman selaku komandan densus 99, Sumantri Suwarno selaku pengamat ekonomi, Towus Ainul Yaqin selaku pengusaha muda, Agus Wibowo selaku dosen UNJ, Iryan Ali Herdiansyah selaku penulis buku generasi M dan Salsabila Syaira selaku mojang Jawa Barat 2013.
   Seminar yang mengangkat tema Ansor Day Festival (Millenial Indonesia: Creative, Religious, and Nationalist) ini, dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan Mars Ansor, dan Mars UNJ.
   Seminar bertajuk diskusi panel terbuka yang dimoderatori oleh Nurhasanudin, membahas mengenai generasi milenial Indonesia saat ini. Pemaparan materi pertama oleh Hasanuddin Ali. Beliau menjelaskan bahwasannya generasi milenial adalah mereka yang lahir tahun 1981-1999 dengan karakteristik perilaku yang konsumtif terhadap internet dengan ciri-ciri kreatif, confidence, dan connected. Menurutnya, generasi milenial adalah generasi yang efektif dan efisien.
“Mereka adalah generasi yang dapat mengerjakan dua sampai tiga pekerjaan sekaligus.” ungkapnya.
    Pemaparan selanjutnya dilanjutkan oleh Nuruzzaman. Beliau menjelaskan bahwa pengaruh adanya radikalisme saat ini yaitu melalui media sosial karena semakin pesatnya perkembangan teknologi. Media sosial pun bukan hanya sebagai alat penyebaran pemecah kesatuan negara, melainkan juga alat perekrutan.
“Janganlah mencari ilmu agama lewat internet tapi pergilah ke kyai.” Ujarnya. 
    Seminar dilanjutkan dengan pembahasan mengenai “NKRI harga mati” oleh Sumantri Suwarno. Beliau menyatakan bahwa perbedaan akan selalu ada dan Pancasila adalah dasarnya. Lalu pembahasan singkat oleh Towus Ainul Yaqin mengenai perkembangan usaha milik Ansor yang tidak hanya di bidang travel umroh dan haji, namun akan merilis usaha di bidang barang atau produk. Penulis buku generasi M juga membahas bukunya tentang lahirnya generasi baru yang disebut generasi konsumer, yang merupakan potret generasi muslim saat ini. Selain itu, Salsabila Syaira juga membuat audience membuka pikirannya mengenai kondisi milenial Indonesia saat ini yang sebagian besar mengeksploitasi internet dengan negatif. Disambung oleh Agus Wibowo yang menginginkan generasi milenial saat ini jauh dari radikalisme dan terorisme.
   Sepatah dua patah oleh Yaqut Cholil Qoumas selaku ketua umum GP Ansor menutup diskusi panel terbuka. Beliau menyimpulkan, ada dua masalah milenial Indonesia. Pertama, problem kolektivitas dimana gadget mendominasi kehidupan kita. Kedua, generasi milenial harus memiliki mimpi baru.
“Kalau kalian tidak memiliki mimpi, maka hidup kalian akan begini-begini saja, tidak maju.” ungkapnya. Beliau juga mengkhawatirkan generasi milenial ini akan kehilangan kohesi sosial atau kurangnya daya rekat pada lingkungan sekitarnya. “Kehilangan kohesi sosial ini menyebabkan mudah masuknya pemahaman yang dapat merusak agama maupun bangsa, pemahaman radikalisme misalnya.” ujarnya.
 Menurutnya, mereka lebih mempercayakan apa yang ada di internet walaupun di internet tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar. Dalam hal ini, peran orang tua pun terkalahkan dengan adanya gadget. Beliau juga berharap generasi milineal saat ini memiliki sikap kreatifitas, religius, dan nasionalis dalam hal positif. “Dengan kemudahan mengakses informasi, diharapkan dapat mengeluarkan ide-ide kreatif, juga meningkatkan kereligiusan tadi tanpa kehilangan kohesi sosial. Selain itu kita pun harus punya mimpi untuk kedepannya dan juga harus berorganisasi untuk mencegah masuknya paham radikalisme itu.” ungkapnya.

    Beliau berharap dengan adanya GP Ansor yang memfasilitasi generasi milenial saat ini dapat melahirkan generasi yang bermanfaat bagi agama dan negara. (wy) 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

free da pa checker
newsspencer.com
deneme bonusu veren siteler
deneme bonusu veren siteler
casibom
grandpashabet 2198
maltcasino
casibom güncel giriş
imajbet giriş