KADAL 115: Saat Ramadhan Harga Jengkol Menyerupai Daging Sapi, Ada apa dengan Jengkol?

Yadiva Nicauri (Staff Subdepartemen Litbang EC
Proaktif)

Siapa yang tak kenal dengan jengkol? Jengkol
adalah tumbuhan khas yang ada di wilayah Asia Tenggara, salah satunya di
Indonesia. Jengkol berbentuk gepeng berbelit membentuk spiral berwarna
lembayung tua, jika di konsumsi dapat menimbulkan bau tidak sedap pada mulut
dan urin setelah diproses oleh pencernaan. Makanan yang dapat mencegah diabetes
dan bersifat diuretic baik untuk kesehatan jantung.
Lambat laun, makanan ini menjadi popular di
kalangan masyarakat. sebagian masyarakat yang menyukai jengkol sering
mengolahnya sebagai semur jengkol, rendang jengkol dll. Pada Ramadhan tahun
2017, harga jengkol hampir menyerupai daging sapi, menurut tempo.co, di
sejumlah pasar Kemirimuka di kota depok, Jawa barat, harga jengkol meroket hingga
Rp.90.000 per kilogramnya, menyerupai harga daging sapi, yaitu Rp.100.000 per
kilogramnya, jika harga jengkol per kilogramnya Rp.100.000 maka satu biji
jengkol seharga Rp.2000. Harga normal dari jengkol tersebut biasanya ada pada
kisaran Rp 30.000 sampai Rp.40.000, dapat disimpulkan bahwa harga jengkol naik
2kali lipat lebih dari harga normal.
Hal ini juga terjadi di pasar Depok Jaya Armen
pada tahun 2016, Harga jengkol melonjak hingga Rp.80.000 per kilogramnya
tergantung besar kecilnya jengkol. Biasanya, pedagang jengkol bisa menjual
paling banyak 60 kilogram karena pemasoknya lancar dan harganya pun terjangkau,
namun sekarang pedagang jengkol hanya bisa menjual 10 kilogram atau lebih
memilih untuk tidak menjual jengkol selama dua pekan dikarenakan harga yang
belum stabil.
Menurut sejumlah pedagang jengkol, harga tersebut
melambung tinggi dikarenakan kurangnya pasokan akibatnya terjadi kelangkaan. Jengkol
merupakan buah musiman sejumlah wilayah penghasil petani sudah kehabisan stock
buah tersebut karena banyaknya permintaan jengkol dan jika tidak sedang
musimnya tumbuhan tersebut susah untuk tumbuh.
Masyarakat saat ini lebih memilih mengkonsumsi
daging ayam di banding jengkol yang harganya jauh lebih murah. masyarakat yang
ingin mengkonsumsi jengkol dalam jumlah banyak, harus menunggu hingga
harga  jengkol kembali stabil. Pembeli
jengkol sebagian besar adalah pemilik restoran atau rumah makan, ia berharap
pasokan jengkol bisa kembali lancar agar harga kembali normal. Tidak hanya di
depok, di sejumlah kota lainnya pun harga jengkol juga melonjak tinggi, seperti
di daerah jambi. Di daerah jambi pun sebab dari kelangkaan sama dengan yang di
daerah depok, sejumlah warga jambi berpikir ulang jika ingin membeli jengkol
masyarakat sama-sama tidak habis pikir akan hal tersebut. Buah yang jika
dikonsumsi baunya tak sedap itu bisa melonjak menyerupai daging sapi yang seharusnya
tidak sampai menyerupai harganya.
Terkait hal ini, Menteri Perdagangan (Mendag)
Enggartiasto Lukita tidak mau ambil pusing dengan kenaikan harga jengkol.
Alasannya, jengkol bukanlah bahan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dan
tidak berdampak tehadap inflasi. Karna tidak berdampak terhadap inflasi,
sehingga pemerintah tidak ikut campur terkait harga jengkol. Jadi, apakah Anda
termasuk salah satu penggemar jengkol?-(YN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

casibom
güvenilir bahis siteleri