Foto: Google.com

Penutupan Sementara dan Revilitasi Pulau Komodo, Bagaimanakah Dampaknya?

Foto: Google.com

Seperti yang kita ketahui, Pulau Komodo merupakan salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh para turis. Pulau Komodo sendiri yang merupakan habitat asli dari hewan langka, yaitu komodo dan hal tersebut pastinya menjadi daya tarik tersendiri untuk para turis yang mengunjunginya. Pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur ini sudah menjadi salah satu warisan dunia UNESCO dan pada tahun 2011, Pulau komodo ditetapkan menjadi salah satu situs dari 7 keajaiban dunia. Namun, belum lama ini kita mendengar bahwa pulau komodo akan ditutup untuk sementara ? Apakah alasannya ?

Mengutip dari Tribbunnews.com, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Marius Ardu Jelamu mengatakan bahwa pulau komodo yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) akan ditutup untuk sementara waktu pada tahun 2020 mendatang.

“Mulai Januari 2020, kami akan menutup untuk sementara waktu, tapi bukan secara keseluruhan, hanya khusus Pulau Komodo” ujar Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT.

Penutupan Pulau Komodo akan dilakukan dalam kurun waktu satu tahun penuh, tetapi bukan penutupan secara keseluruhan. Hal ini sudah menjadi ketetapan antara Pemerintah Provinsi NTT dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Tujuan ditutupnya Pulau Komodo yaitu untuk melindungi komodo dan juga hewan-hewan yang menjadi santapan bagi komodo. Selain itu juga, alasan penutupan Pulau Komodo adalah untuk menjadikan para wisatawan tidak hanya terfokus ke Pulau Komodo saja. Selama ini, kebanyakan wisata hanya menganggap dalam Taman Nasional Komodo hanya terdapat Pulau komodo saja, ternyata ada kurang lebih 171 pulau yang tedapat dalam Taman Nasional Komodo. Beberapa pulau di Taman Nasional Komodo yaitu, Pulau Rinca, Pulau Padar, dan Gili Lawa Darat, dan juga pulau tersebut tetap dibuka untuk para wisatawan.

“Tentunya kami akan melihat perkembangan pulau komodo selama satu tahun tersebut. Maksudnya reaksi-reaksi psikologisnya, rantai pasok makanannya. Selain itu, kita akan menambah rantai pasok makanan, yakni kerbau liar, rusa, monyet yang terganggu akibat berburu liar yang dilakukan oleh warga sekitar dan semuanya akan di revilitasi,” ujar Marius.

“Pulau Komodo ini akan kami revitilasi sehingga menjadi taman yang indah, kemudian kita akan menambah jumlah rantai makanan untuk para komodo,” ujar Viktor Laiskdota, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT).

Melakukan revitilasi Pulau Komodo memang dianjurkan untuk mengatasi kekurangan habitat para hewan yang ada di Pulau Komodo dan juga mengurangi tingkat kepunahan hewan. Akan tetapi, dengan ditutupnya Pulau Komodo, akan menghambat keadaan ekonomi di Taman Nasional Komodo. Jika pulau komodo resmi ditutup untuk sementara waktu, baik wisatawan mancanegara dan juga wisatawan lokal jumlahnya perlahan pasti berkurang untuk berkunjung kesana dan pemasukan ekonomi di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) juga akan berkurang. Jadi, Pulau Komodo merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di dearah tersebut.

“Apabila pemerintah tetap merencanakan penutupan sementara pada Pulau Komodo, maka akan dilakukan secara terencana, dengan memberi tenggang waktu yang cukup, sehubungan dengan dampak ekonomi yang besar,” ujar Wiratno, Direktur Jendral Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (NTA/RFH)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *