Kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan hal sebelumnya merupakan suatu kemampuan yang sering disebut dengan kreatif. Kreatif menjadi suatu persyaratan wajib bagi individu untuk dapat bertahan dan berkembang di masa sekarang. Lewat ide-ide dan pemikiran kreatif manusia, kemajuan suatu bangsa bisa terlaksana. Hal tersebut menjadi latar belakang hadirnya ekonomi kreatif pada masa pemerintahan Joko Widodo pada tahun 2015.
Ekonomi kreatif adalah suatu konsep perekonomian di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengedepankan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang paling utama. Mengacu pada isi buku digital berjudul “Pengembangan Industri Kreatif Indonesia 2025” yang diterbitkan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia, setidaknya terdapat 14 sektor industri kreatif yaitu periklanan, arsitektur, Pasar Barang Seni, kerajinan (handicraft), kuliner, desain, fashion, film, video dan fotografi, musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, radio dan televisi serta riset dan pengembangan. Sektor-sektor tersebut nantinya akan berada di bawah pengawasan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) yang merupakan sebuah lembaga pemerintah non kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang pariwisata.
Salah satu sektor yang akhir-akhir ini menjadi sorotan publik adalah perfilman. Industri ini telah mengalami pasang surut dalam hidupnya. Setelah sekian lama redup dan kurang diminati oleh masyarakat lokal, pada 3 tahun terakhir ini akhirnya citra perfilman Indonesia kembali bangkit. Terbukti dari naiknya minat menonton masyarakat Indonesia di bioskop yang semakin bertumbuh pesat dalam tiga tahun terakhir. Mengutip data Cinepoint dalam paparan diskusi panel Akatara 2019, penonton film di Indonesia hanya sebesar 37,21 juta pada 2016 dan tumbuh menjadi 51,16 juta pada 2018. “Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot” menjadi salah satu dari sekian film Indonesia yang berhasil menarik 1,69 juta penonton hanya dalam waktu sepekan. Tidak kalah dari Gundala, 3 film berikut menempati peringkat top three selama penayangannya dalam tahun 2019 ini. “Danur 3: Sunyaruri” menjadi film box office ke-3 yang mencatat 2.238.721 penonton, film box office pertama dan kedua Indonesia tahun ini ditempati “Dilan 1991” 5.253.411 penonton dan “Dua Garis Biru” 2.538.473 penonton.
Kebangkitan industri film nasional saat ini merupakan buah kerja banyak pihak, termasuk BEKRAF yang mendorong regulasi bidang perfilman. Semenjak dikeluarkannya bidang film dari Daftar Negatif Investasi (DNI) lewat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 44 Tahun 2016, investor asing makin tertarik menanamkan modalnya kepada Indonesia. Triawan Munaf, sebagai Kepala BEKRAF menilai bahwa investasi di sektor film jauh lebih menggiurkan dari start up. Pernyataan tersebut ia katakan pada acara peluncuran Piala Citra 2019 oleh Komite Festival Film Indonesia (FFI) di The Tribrata, Jakarta Selatan, pada tanggal 23 September 2019 yang lalu.
Selain kondisi ekonomi, kemajuan ini juga didorong oleh konten film yang kian berkualitas dan beragam, penambahan infrastruktur bioskop, serta perubahan gaya hidup masyarakat. Peluang inilah yang kemudian ditangkap oleh CJ CGV Cinemas Indonesia (PT Graha Layar Prima Tbk.) yang belum lama ini membuka cabang ke-62 di Kediri Mall sehingga menambah jumlah layar menjadi total 366.
Menurut Sutradara Indonesia Yosep Anggi Noen, industri film Indonesia sebenarnya sudah mulai berkembang dilihat dari kampus dan universitas yang mulai menjadikan film sebagai subjek studi. Menurut Anggi, infrastruktur perfilman bukan hanya jumlah bioskop dan layar, tetapi juga bangku pendidikan.
Walaupun sudah ada usaha penambahan layar bioskop di beberapa kota di Indonesia, nyatanya akses masyarakat untuk konten-konten lokal masih sangat terbatas. Setidaknya masih terdapat masyarakat yang menyenangi cara streaming dibanding datang langsung ke bioskop. Oleh karena itu, Triawan Munaf selaku kepala BEKRAF menyiasati untuk bekerja sama dengan Gojek melalui GoPlay menjadi wadah untuk memperkenalkan karya ke pasar yang lebih luas. Melalui platform video on demand yang terdapat di GoPlay, para pengguna bisa menikmati drama romantis, thriller, hingga karya para komedian berbakat di tanah air.
Usaha-usaha tersebut menjadi suatu permulaan dan menjadi serangkaian proses agar industri perfilman Indonesia makin berkualitas dan dapat dikenal di kancah Internasional. Perlu adanya dukungan berbagai pihak serta respon dari masyarakat agar cita-cita tersebut bisa tercapai.
Research and Development by Oza Rahmah Tiara
Editor by Maria Nathania
Source:
Kintoko, I. W. (2019, 10 15). WartaKotaLive.com. Retrieved 10 21, 2019, from Apa Saja Film Indonesia yang Sedang Banyak Ditonton Penonton Bioskop Indonesia Saat Ini?: https://wartakota.tribunnews.com/2019/10/15/apa-saja-film-indonesia-yang-sedang-banyak-ditonton-penonton-bioskop-indonesia-saat-ini
Sitorus, R. (2019, 10 12). Film Indonesia Bangkit, Potensi Investasi pun Mekar. Retrieved 10 21, 2019, from Bisnis.com: https://ekonomi.bisnis.com/read/20191012/12/1158390/film-indonesia-bangkit-potensi-investasi-pun-mekar
Situmorang, R. T. (2019, 09 24). Bekraf Sebut Investasi di Film Lebih Menggiurkan Dibanding Startup. Retrieved 10 2019, 21, from Bisnis.com: https://lifestyle.bisnis.com/read/20190924/219/1151606/bekraf-sebut-investasi-di-film-lebih-menggiurkan-dibanding-startup
Stefanie, C. (2019, 10 13). Mencari Kunci Film Indonesia Bisa Ikuti Jejak Korea. Retrieved 10 21, 2019, from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20191012201104-220-439036/mencari-kunci-film-indonesia-bisa-ikuti-jejak-korea
You may also like
-
Ekonomi DigitalIndonesia
-
Paradoks Jevons: Efisiensi yang Justru Meningkatkan Konsumsi Sumber Daya
-
Dinamika Green Economy: Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi melalui Pembangunan Berkelanjutan
-
Paradox of Thrift: Menabung dapat Merugikan Negara, Kok Bisa?
-
Peran Pasar Modal dalam Pembentukan Masa Depan Keuangan Mahasiswa