Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,25% dan suku bunga Lending Facility 4,75%. Hal ini sesuai dengan penjelasan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) memutuskan menahan tingkat suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) pada posisi 4% pada Oktober 2020.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global yang terus membaik, termasuk besarnya stimulus fiskal, salah satunya di AS. Melihat ekonomi global yang membaik, pemulihan ekonomi juga turut didukung oleh ekonomi Cina dalam menaikan investasi dan industri manufaktur.
“Peran stimulus fiskal, ekspor, dan kenaikan investasi bangunan menyanggah ekonomi di tengah terbatasnya konsumsi. Terlihat penjualan eceran naik, penjualan online, dan job vacancy,” jelas Perry.
Bank Indonesia terus berupaya dalam memulihkan perekonomian dengan melanjutkan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dan memperkuat strategi operasi moneter juga akan terus ditujukan untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif. Ketika BI memutuskan suku bunga acuan 4%, dapat meningkatkan investasi dan konsumsi, karena orang akan melepas uangnya untuk menanamkan modal. Investasi memiliki peran sebagai salah satu komponen dari pendapatan nasional, Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). Investasi ini akan saling terkait terhadap PDB maupun pendapatan nasional, apabila investasi mengalami kenaikan, maka PDB pun akan meningkat, begitu pula sebaliknya.
Naik turun serta dipertahankannya suku bunga, bisa berdampak pada harga saham dan obligasi yang menjadi bagian portofolio investasi reksa dana. Reksa dana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau reksa dana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Penurunan tingkat suku bunga akan menyebabkan bunga tabungan dan deposito di perbankan menjadi tidak menarik. Jika demikian, masyarakat biasanya akan mencari alternatif investasi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi yaitu pasar modal. Bila banyak permintaan masuk ke saham di pasar modal akibat penurunan suku bunga, akan menyebabkan kenaikan harga saham dan sebaliknya. Ketika suku bunga bank sentral diturunkan, yang berinvestasi pada saham seperti reksa dana campuran dan reksa dana saham akan diuntungkan dan sebaliknya.
Maka dampak dari Bank Indonesia. Mempertahankan suku bunga acuan 4%, dapat menarik investor untuk berinvestasi. Seperti yang diketahui bahwa Investasi sangat mempengaruhi untuk pertumbuhan ekonomi nasional. Investasi memiliki hubungan yang positif terhadap pendapatan negara. Namun untuk memajukan pertumbuhan ekonomi tidak hanya diperlukan investasi tetapi juga dibutuhkan pemerataan dalam menyerap SDM sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran, dengan kondisi seperti ini adalah hal yang bisa ditempuh untuk memulihkan ekonomi Indonesia. (SFI/ASA)
You may also like
-
Management Event: Talkshow Prestasi 2024
-
International Community Service//DIGITAL SKILLS WORKSHOP FOR ADULTS: MASTERING THE BASICS OF TECHNOLOGY IN THE DIGITAL AGE
-
Simak Rangkaian Kegiatan PAS 1 PKKMB E&A 2024
-
PKKMB UNJ 2024/2025 jadi Momen Bersejarah dengan UNJ Resmi Berstatus PTNBH
-
Mempererat Koneksi: Kunci Sukses di Dunia Kerja