Fenomena GPS Kacau Disertai Kutub Terbalik Saat Menurunnya Daya Magnet Bumi! Mengapa?

 

Sumber foto: liputan6.com

Perubahan arah yang semakin cepat kerap terjadi pada medan magnet bumi. Hal ini  diketahui dari hasil studi Palaeomagnetik. Studi tersebut menunjukkan bahwa dahulu perubahan arah hanya 1 derajat tiap tahunnya, namun semakin bumi bertambah usia perubahan tersebut berubah menjadi 10 derajat dalam kurun waktu satu tahun.

 

Imbas dari perubahan arah terhadap magnet bumi, yaitu dapat mengakibatkan kekacauan sinyal GPS ponsel atau handphone dan membaliknya kutub selatan dan kutub utara. Hal itu diketahui dari hasil hipotesis beberapa peneliti yang berasal dari Badan Luar Angkasa Eropa (ESA). Dalam hipotesisnya menerangkan bahwa tanda yang kuat saat terbaliknya medan magnet dari kutub selatan dan utara yaitu dilihat dari lemahnya medan magnet bumi.

 

Perlu diketahui, fungsi dari medan magnet bumi ialah mempertahankan posisi atmosfer agar tidak keluar dari tempat kedudukannya dan menjaga manusia dari badai matahari serta hantaman radiasi kosmik berbahaya. Namun, sangat disayangkan medan magnet ini akan terbalik secara berkala setiap periode jutaan tahun yang membuat kutub selatan dan utara saling bertukar tempat.

 

Fitri Nuraeni dari Pusat Sains Antariksa (LAPAN) memberikan tanggapan mengenai pertukaran tempat  orientasi medan magnet Bumi tidak menghilang sesuai flux preservation theorem oleh Ned Benton. Penelitian mengungkapkan bahwa setiap 200 juta tahun kutub magnet bumi mengalami perputaran.

 

Ned Beton merupakan pakar peneliti geomagnetik yang mendalami ilmu perubahan semakin menipisnya energi dari medan magnet bumi hingga angkanya habis selama 4.000 tahun. Ia menciptakan teori yang akurat, yaitu membuat pernyataan bahwa sesungguhnya fluks tidak menghilang dari dataran inti medan magnet sebab mempunyai tingkatan konduktivitas listrik yang tertinggi. Ini adalah jawaban terhadap rasa cemas akan takut kehilangan gravitasi bumi yang disebabkan oleh transformasi medan magnet.

 

Fitri juga menerangkan bahwa medan magnet dengan dua kutub yang biasa selayaknya magnet alam yang terlihat bukan termasuk magnet bumi. Justru sebenarnya medan magnet bumi itu jauh lebih sulit.

 

Selain itu, Fitri menegaskan bahwa medan magnet yang dapat diukur di dasar Bumi ialah akumulasi dari medan magnet internal dan eksternal yang berawal dari Medan magnet matahari, sehingga sifatnya fluktuatif.

 

Kutub selatan dan utara bumi pernah bertukar tempat sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 100 juta tahun terakhir, hal ini tercatat oleh Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN).  Pertukaran kutub ini terakhir terjadi kisaran 780 ribu tahun lalu. Fenomena ini dikenal sebagai Brunhes-Matuyama Reversal.

 

Fenomena ini dianggap mempunyai kesinambungan dengan konveksi yang terletak di inti bumi dan batas mantel yang berperan dalam memajukan medan magnet induksi.

 

Perihal di atas direkam oleh studi  Paleomagnetisme. Para Ahli Geologi melakukan penelitian terhadap jejak magnet terdahulu yang terekam pada batuan sedimen dan mendapati kunci perpindahan kutub magnet atau biasa disebut magnetic reversal.

 

Gerakan 2,5 derajat per tahun 39 ribu tahun lalu, yaitu saat medan magnet bumi menurun di lokasi Pantai Barat Amerika Tengah merupakan bentuk dari pergeseran medan magnet yang dapat dijadikan sorotan.

 

Rotasi bumi yang melambat telah diteliti oleh Amerika Serikat sejak 1973, yang mana selalu berubah oleh gerakan putarannya tiap 200 juta tahun. Hal tersebut telah diamati oleh University of Liverpool.

 

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti tersebut dilakukan menggunakan analisis. Para peneliti tersebut melakukan analisis paleomagnetik termal dan gelombang mikro terhadap sampel batuan dari aliran lava purba di Timur Skotlandia guna berperan dalam mengukur kekuatan medan geomagnetik.

 

Tak hanya itu, sebuah studi yang dijalankan turut disertai kegiatan menganalisis terkait hambatan yang mengganggu proses penelitian sampel yang mencapai usia 200 hingga 500 juta tahun lalu, yang telah terkumpul selama 80 tahun terakhir.

 

Proses penelitian yang dilakukan juga memperoleh hasil keterangan bahwa terdapat kelemahan pada medan geomagnetik yang berasal dari batuan sampel antara 332 dan 416 juta tahun  lalu. Penemuan tersebut mempunyai nilai skala perbandingan 1/4 dari objek yang belum  dilakukan penelitian.

 

Penemuan itu dianggap peneliti memiliki kesamaan dengan periode kekuatan medan magnet rendah yang diidentifikasi sebelumnya, yaitu kisaran 120 juta tahun  lalu.

 

Pada penelitian yang tidak sama, menyatakan bahwa perubahan medan magnet yang semakin cepat kerap disebut medan magnet bumi yang telah mengalami perubahan arah 10 kali lebih cepat dari yang di ekspektasi kan.

 

Dahulu studi Palaeomagnetik sudah memperlihatkan terkait berubahnya arah medan magnet sebesar 1 derajat di tiap tahunnya. Akan tetapi, ada pernyataan yang diperoleh dari studi terbaru, yaitu tiap tahun  pergerakan yang dialami mencapai 10 derajat.

 

Pernyataan diatas mendasari simulasi komputer terinci dari inti luar bumi yang memiliki peran dalam mengatasi medan magnet di Bumi. Inti luar bumi dibuat dari besi dan nikel kisaran 2.800 kilometer atau setara dengan 1.740 mil terletak didasar permukaan bumi dari pernyataan tersebut.

 

Penulis studi dan ahli geofisika, yaitu Chris Davies yang berasal dari University of Leeds di Inggris, menyampaikan mengenai dirinya yang minim pengetahuan terhadap medan magnet pada masa 400 tahun sebelumnya dimasa lalu. Hal itu dikarenakan  perputaran yang cepat hingga mewakili sebagian tingkah laku yang semakin ekstrem dari pada inti cair, hanya saja yang dapat dilakukan, yaitu memberi informasi penting terkait perilaku  interior bumi secara mendalam.

 

(TAN/UKH)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

casibom
güvenilir bahis siteleri