Pernahkah Anda melihat seseorang yang kerja mati-matian hingga lembur? Atau bahkan Anda sendiri yang mengalami hal tersebut sampai tidak memiliki waktu untuk diri sendiri? Berarti, Anda sedang mengalami fenomena hustle culture.
Dikutip dari orami.co.id hustle culture merupakan sebuah budaya di mana budaya tersebut ialah bekerja terlalu keras dan mendorong kemampuan diri sendiri untuk melewati batas dengan harapan mencapai tujuan kapitalis, antara lain kesuksesan, kekayaan, kemakmuran, dan sebagainya secepat mungkin. Budaya ini sedang menjadi sebuah fenomena yang sering dijumpai pada kalangan muda karena mereka menganggap bahwa karir yang diperoleh sangat penting bagi kehidupannya.
Kalangan muda yang saat ini sedang di masa produktifnya, tentunya berpikiran harus memanfaatkan peluang sebanyak-banyaknya demi menggapai masa depan yang sukses. Maka dari itu, tak sedikit dari mereka berlomba-lomba bekerja melampaui batas demi menggapai harta dan tahta.
Budaya ini beredar di kalangan muda karena terdapat beberapa penyebabnya. Pertama, di era modernisasi ini kemajuan teknologi bukanlah hal yang dapat dihindari, sarana untuk berkomunikasi menjadi lebih mudah dilakukan karena dapat mengaksesnya melalui smartphone atau gadget kita sendiri.
Foto: freepik.com
Berbagai platform aplikasi dapat digunakan seperti e-mail, telepon video, online meeting, presentasi, dan sebagainya. Dari kemudahan komunikasi tersebut, membuat kalangan muda terdorong untuk bekerja terus menerus tak kenal tempat dan waktu.
Kemudian, penyebab keduanya adalah adanya dorongan sosial dan dorongan diri sendiri. Dorongan sosial dimaksudkan bahwa banyak hingga saat ini masyarakat menganggap bahwa barometer kesuksesan, yaitu harta, pangkat, dan jabatan sehingga banyak dari mereka yang ingin mengejar duniawi secara terus menerus. Kemudian, dorongan diri sendiri yang dimaksud, yaitu berpikiran positif meski dalam situasi yang tertekan, atau biasa disebut toxic positivity. Hal ini merujuk pada perkataan orang lain yang berisikan tetap berjuang atau semangat meski dalam kondisi yang sudah lemah.
Akan tetapi, hustle culture ini juga mempunyai sisi negatifnya bagi mereka. Banyak dari mereka yang tidak memikirkan hal ini, padahal terdapat sisi negatif yang bisa mengancam kondisi fisik dan psikis seseorang. Banyak dari mereka yang mengalami hustle culture ini menjadi lupa akan kesehatan pada tubuhnya sendiri, seperti jarang untuk berolahraga, sering makan makanan yang instan, berjam-jam di depan layar yang itu semua berdampak negatif terhadap kondisi tubuh kita. Kemudian, budaya ini juga mempengaruhi kondisi mental seseorang, di mana mereka mengalami tidur yang kurang, tekanan, stres, depresi, dan sebagainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Arianna Balkeran pada tesis yang diterbitkan oleh City University of New York menjelaskan bahwa budaya bekerja keras dengan semangat yang tinggi boleh saja dilakukan, asal tetap mendapatkan dukungan untuk diri kita sendiri, seperti ketersediaan waktu untuk istirahat dan waktu untuk memulihkan mental. Jadi, untuk kalangan muda yang sedang mengalami fenomena ini, bolehlah untuk mengejar hal-hal material yang kalian inginkan, tetapi tetap harus memperhatikan kesehatan diri sendiri ya!
(BDH/NAN)
You may also like
-
Lindungi Dirimu di Dunia Maya: Tips Jitu agar Tetap Aman!
-
Don’t Be the Next Victim: Learn How to Avoid Catfishing
-
Mengenal Tanaman Hidroponik: Cara Bercocok Tanam Modern tanpa Tanah
-
Menilik Panasnya Persaingan Pilkada di Berbagai Daerah: Strategi, Drama, dan Harapan Warga
-
War Tiket akan Makin Ketat? Antusiasme Penggemar dalam Menyambut Konser SEVENTEEN [RIGHT HERE] 2025 di Indonesia