Nikmatilah selagi ada

Sorak sorai penduduk
tanah air meramaikan kembali bertemunya sang mentari dan rembulan yang pertama
kali pada abad ke-21 pada Rabu, 09 Maret 2016 kemarin. Gerhana Matahari Total
yang berlangsung selama beberapa menit itu tak lain telah ditunggu-tunggu bukan
hanya oleh masyarakat tanah air saja, melainkan berbagai wisatawan mancanegara
yang telah datang beberapa hari sebelum hari tersebut telah memadati
daerah-daerah yang dilalui sang matahari, seperti Ternate dan Palangkaraya.
Dimulai dari Kepulauan Pagai, Sumatera barat hingga ke Pulau Halmahera adalah
daerah yang akan dilalui oleh matahari, sedangkan Ternate, Maluku Utara
merupakan daerah yang berada di jalur totalitas gerhana. Oleh karena itulah,
dari sekian banyak daerah yang dilintasi, Ternate manjadi destinasi utama para
wisatawan domestik dan mancanegara untuk menyaksikan keindahan ciptaan Tuhan
tersebut. 
Gerhana Matahari di Palu. Source : theguardian.com
Adanya fenomena ini diduga
memberikan keuntungan tersendiri bagi tiap-tiap daerah yang disinggahi, mulai
dari pendapatan masyarakat setempat yang meningkat karena penggunaan
transportasi darat dan laut yang kian melonjak hingga semakin tersiarnya nama
Indonesia yang kian dikenal oleh masyarakat dunia. Momentum ini digunakan
sebaik mungkin bagi masyarakat daerah setempat untuk menunjukkan keasrian dan
keindahan budaya masing-masing daerah. Berbagai upacara penyambutan tamu dan
arak-arakan diselenggarakan oleh pemerintah daerah guna memberikan kesan yang
apik pada setiap wisatawan yang datang berkunjung. 
Bukan hanya itu, selain
wilayah Ternate yang ramai saat prosesi gerhana terjadi, begitupun dengan dunia
maya yang tak ingin ketinggalan eksistensi seperti biasanya. Berbagai kalangan
yang memiliki akun media sosial seperti Facebook,
Instagram, Path, twitter
dan sebagainya ditengarai kian ramai pada saat
pagi hari saat gerhana terjadi. Dengan sekedar me-repost foto akun lain atau
hasil jepretan sendiri yang diikuti dengan status dan tulisan-tulisan yang
menarik.
Terinspirasi oleh
tulisan Nikmatilah Sebelum Sirna
(07/03/2016) oleh Ninok Leksono pada media cetak KOMPAS. Dalam tulisannya ia menjelaskan mengenai teori evolusi
bintang, dijelaskan bahwa kurang lebih dalam kurun waktu satu miliar tahun
mendatang matahari akan membengkak menjadi bintang raksasa merah yang akan menelan
planet Merkurius dan memanggang bumi hingga lumer menjadi bubur berpermukaan
rata. 
Dengan adanya gaya
pasang yang ditimbulkan oleh gaya tarik bulan maka bulan akan semakin menjauh
sehingga penampang garis tengah lebih kecil dari Matahari. Bulan menjauh dari
bumi dengan kecepatan 3,8 sentimeter per tahun (Book of Space, 2015). Sehingga,
jika seseorang telah berusia 50 tahun, bulan lebih jauh dua meter dari bumi
dibanding saat orang itu lahir. Menjauhnya bulan membuat ukurannya mengecil,
membuat GMT mustahil terjadi dan kelak gerhana matahari tidak akan tampak lagi
di bumi. Kira-kira sekitar 1,4 miliar tahun sebelum gerhana matahari tak
menampakkan diri lagi dari bumi (laman Fourmilab, John Walker, 7/04).
Sehingga, siapapun itu
yang kemarin, pada saat matahari total terjadi dan anda ikut pada sorak-sorai
rasa takjub akan keindahan-Nya maka nikmatilah. Tunggu dan persiapkan
gerhana-gerhana matahari selanjutnya sebelum kelak ia tak bisa kembali lagi.
(Ary)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *